27 Februari 2008

World Days & Ecumenical sundays - 2008

JANUARY
Week of Prayer for Christian Unity 18 - 25th January - www.ctbi.org.uk
International Day of Commemoration in memory of the victims of the Holocaust 27th January - www.holocaustmemorialday.gov.uk or www.un.org/holocaustremembrance
Homelessness Sunday - 27th January - www.homelessness-sunday.org.uk
World Leprosy Day - 27th January www.leprosymission.org.uk

FEBRUARY
Poverty Action Sunday - 3rd February - www.church-poverty.org.uk
Education Sunday - www.natsoc.org.uk
International Mother Language Day - 21st Feb www.un.org

MARCH
International Womens Day - March 8th and UN Day for Women's Rights and International Peace - www.unac.org
Mothering Sunday - www.themothersunion.org
Women's World Day of Prayer - www.worlddayofprayer.net
Tearfund Sunday - www.tearfund.org
International Day for the Elimination of Racial Discrimination - 21st March - www.un.org
World Water Day - 22nd March - www.unesco.org/water
World Meterological Day - 23rd March - www.wmo.int
Fairtrade Fortnight - www.fairtrade.org.uk

APRIL
Save the Children Week - www.savethechildren.org.uk
World Health Day - 7th April - www.who.int/world-health-day

MAY
Christian Aid Week - www.christianaid.org.uk
(UN) International Day of Families - 15th May - www.un.org
Not for Sale Sunday - 21st May - www.notforsalesunday.org
(UN) International Day for Cutural Diversity for Dialogue and Development - 21st May - www.un.org

JUNE
Global Day of Prayer - www.globaldayofprayer.co.uk
World Environment Day - 5th June - www.unep.org
Environment Sunday - A Pack of Worship Resources is available from A ROCHA UK at en.arocha.org/ukconsunday
International Day of UN Peacekeepers - 29th June
JULYSea Sunday - 8 July . - the Mission to Seafarers - www.missiontoseafarers.org
World Population Day - www.unfpa.org/wpd

AUGUST
International Day of the World's Indigenous Peoples - 9th August - www.un.org/events/indigenous
International Youth Day - 12th Aug - www.un.org

SEPTEMBER
Raciak Justice Sunday - Second Sunday- 14th Sept. "The Land of Milk and Honey " www.ctbi.org.uk
International Day for the Preservation of the Ozone Layer - 16th Sept - www.unep.fr/ozonaction/events/ozoneday
International Day of Peace - 21st Sept. -The World Council of Churches calls on Churches to make this a day of prayer for peace, and to include prayers for peace in their services on the Sunday before or after September 21. Prayer, stories and concerns for intercession will be made available on the website of the Decade to Overcome Violence at www.overcomingviolence.org

OCTOBER
International Day for Older Persons - 1st Oct - www.un.org/depts/dhl/olderpersons
World Habitat Day - first Monday - www.unhabitat.org
World Mental Health Day - 10th Oct. - www.wfmh.org
World Food Day - 16th Oct - www.fao.org
International Day for the Eradication of Poverty - 17th Oct
United Nations Day and World Development Information Day - 24th Oct.
One World Week - 21-28 October. - www.oneworldweek.org
Week of Prayer for World Peace - 21-28 October - nfpb.gn.apc.org/Prayer/
Disarmament Week

NOVEMBER
International Day for Preventing the Exploitation of the Environment in War and Armed Conflict - 6th Nov. - www.un.org
Remembrance Sunday - 11 November - www.ctbi.org.uk
International Day of Tolerance - 16th Nov - www.un.org
Universal Children's Day - 20th Nov. - www.unac.org
International Day of Solidarity with the Palestinian People - 29th Nov. - www.un.org

DECEMBER
World Aids Day - 1st December - www.unac.org
International Day for the Abolition of Slavery - 2nd Dec. - www.un.org
International Day of Disabled Persons - 3rd Dec. - www.un.org
International Volunteer Day for Economic and Social Development - 5th Dec.
International Anti-Corruption Day - 9th Dec. - www.un.org
Human Rights Day - 10th Dec. - www.un.org
International Migrants Day - 18th Dec. - www.un.org/depts/dhl/events/migrants
UN Day for South - South Cooperation - 19th Dec. - www.un.org/depts/dhl/events/south
International Human Solidarity Day - 20th Dec.

12 Februari 2008

Bias Jender pada Keluarga Bugis-Makassar

Oleh: Ahkam Jayadi
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/gendervaw03.htm

JENDER sebagai perbedaan perilaku sosial antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial adalah perbedaan yang bukan kodrat melainkan diciptakan laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang panjang. Oleh karena itu jender selalu dibakukan melalui berbagai institusi yang ada, termasuk di dalamnya institusi keluarga di mana sosialisasi dan internalisasi nilai terjadi. Demikian juga melalui pendidikan, sistem nilai termasuk nilai-nilai agama, sistem politik, ekonomi, dan lainnya.
Dalam pengertian ini, pranata jender menjadi satu ideologi. Artinya, dia merupakan suatu standar, ciri, nilai, norma yang dikuatkan, disosialisasikan, dan dipertahankan, kadang bahkan secara halus atau kasar dipaksakan. Konsep subyektif tersebut kemudian berkembang dalam berbagai alur kehidupan sosial masyarakat yang mengakibatkan adanya ketimpangan antara peran dan kedudukan perempuan dengan laki-laki.

Masalah ketimpangan jender bukan hanya masalah individual atau domestik yang dapat diselesaikan secara individual dan tertutup, tetapi merupakan masalah sosial yang menuntut pemecahan terbuka, komprehensif, holistik dan berkesinambungan. Dengan demikian persoalan ketimpangan jender dapat disejajarkan dengan persoalan ketidakadilan sosial yang lebih luas lagi, yang dapat bersumber pada perbedaan etnis, ras, dan agama.

Dalam konteks masyarakat suku Bugis Makassar ketimpangan kedudukan dan peran antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga masih banyak terjadi. Pada satu sisi peran dan kedudukan perempuan sangat dihormati setara dengan laki-laki, akan tetapi pada sisi lain perempuan ditempatkan menjadi subordinat laki-laki.

Masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Dalam berumah tangga, seorang suami tidak boleh memperlakukan istrinya sewenang-wenang. Pasang mengajarkan jako parentai bilasang bahinennu, bilasanga jintu nipeppeppi narie erono (jangan diperintah istrimu seperti menyadap aren, hanya aren yang mayangnya dipukul-pukul, baru menetes niranya). Jako parenta deppoki bahinennu, deppoa jinta nitukduppi nahajik (jangan istrimu diperintah seperti menginjak pematang sawah, karena pematang itu dinjak baru baik). Akko larroi punna mata kanrea, anu mata nipallu (jangan marah bila nasi mentah, karena bahannya beras mentah). Mutungi kanu api ritujunna, pecai kanu lau erre (hangus karena nyala api di bawahnya, nasi lembek karena dicampur air pada waktu dimasak).

Demikian juga dalam hal pembagian warisan antara anak laki-laki dan anak perempuan pun menurut Pasang haruslah sama. Alasannya karena perempuan appaulu (menjaga harta di rumah). Selain itu perempuan aktif pula membantu mencari nafkah, misalnya bertenun kain dan membantu pekerjaan di sawah. Juga karena pada waktu kawin, anak laki-laki dibiayai, sedangkan perempuan justru memperoleh baku puli dan kanre anak (hadiah-hadiah perkawinan yang dibawa pengantin laki-laki, yang dikenal dengan erang-erang).
Ungkapan di atas jelas memperlihatkan konsepsi yang dikotomis, yaitu suami dan istri secara hukum (adat) sama kedudukannya akan tetapi dalam praktik perempuan masih menjadi subordinat laki-laki.

Nurfaidah Said dalam penelitiannya (2001) banyak mengungkap hal itu, termasuk kedudukan dan peran perempuan yang masih berputar pada peran domestik. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa dalam hal tanah mahar perempuan pada umumnya tidak menguasai tanah tersebut. Tanah mahar berada dalam penguasaan suami dan keluarganya.

Bias jender lebih jauh terlihat pada proses perkembangan kehidupan perempuan Bugis Makassar berikut ini. Pembentukan perempuan di masyarakat Bugis melalui beberapa tahap proses, yaitu:

1. Mancaji makkunrai (makke =memiliki, dan unrai = penutup badan). Diharapkan agar perempuan mampu menjaga diri untuk tidak mendapat malu karena sudah memiliki penutup atau pencegah segala kemungkinan yang dapat mendatangkan rasa malu, baik bagidirinya pribadi maupun segenap keluarganya.

2. Mancaji misseng dapureng. Tahap kedua ini pendidikannya diarahkan supaya anak perempuan yang meningkat gadis ini mengenal dapur. Maksudnya mengenal masalah-masalah yang berkaitan dengan fungsi dapur.

3. Mancaji imattaro. Selanjutnya anak perempuan yang berusia sekitar 14-16 tahun diperkenalkan untuk mampu matutuui lisek pabbaresseng, yaitu menjaga baik-baik isi pemberasan (tempat menyimpan beras persediaan). Hal ini juga berarti mampu menyimpan perolehan suaminya jika ia telah berkeluarga, berhati-hati mengambil dan mengeluarkannya.

4. Mancaji baliperri, pendidikan ketika berumur sekitar 17 tahun ke atas. Pada waktu menjadi istri maka ia benar-benar harus mampu mengendalikan kebutuhan rumah tangga, sebagai pendamping suami yang setia dalam keadaan suka dan duka. Pada tahap ini, perempuan sebagai istri memainkan peranan mancaji baliperri.

5. Makkunrai serupa inilah seorang worowane (suami) akan selalu merindukannya; keduanya sudah menjadi sibaliperri. Konsep nilai ini juga jelas memperlihatkan peran domestik perempuan Bugis Makassar untuk hanya terposisi pada hal-hal yang berbau rumah tangga, dapur, sumur dan kasur.

Upaya menghilangkan budaya patriarki dalam keluarga suku Bugis Makassar, dapat dilakukan dengan meningkatkan usaha pemberdayaan perempuan melalui dua pendekatan.

Pertama, di kalangannya sendiri secara individu, secara kelompok atau bersama-sama untuk saling memberdayakan, baik dalam kelompok atau dalam organisasi perempuan.

Kedua, perempuan sebagai mitra sejajar kaum pria, saling menghormati dan menghargai guna menimbulkan usaha saling mendukung dan mendorong, dalam mengembangkan potensinya sehingga menjadi makhluk manusia yang mandiri tetapi tetap pada kepribadiannya, tidak ada tekanan, paksaan, dan pilihan.

Perempuan harus bebas menentukan keinginannya. Sebenarnya bila kita teliti berbagai etnis di Indonesia, maka pola bias jender dalam keluarga (hubungan suami-istri) umum terjadi. Bias jender dalam keluarga bukan hanya terjadi pada masyarakat Bugis-Makassar. Apa yang penulis tulis ini hanyalah salah satu fakta dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain bias jender hingga kini masih perlu perjuangan gigih untuk menghilangkannya.

Sesungguhnya perjuangan perempuan menuju kepada kesetaraan dan kemitrasejajaran pengertiannya bukan untuk menguasai dan dikuasai yang menimbulkan penindasan atau eksploitasi. Oleh karena itu kemitraan dan kesejajaran di sini mempunyai arti perempuan dan pria, atau suami-istri, sama-sama saling membutuhkan untuk mencapai tujuan bersama tidak bisa dilakukan sendiri.

Pada hakikatnya kesadaran seperti ini merupakan semangat demokrasi yang berarti juga memperkuat semangat keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan. Akselerasi upaya pemberdayaan tersebut tentu saja memerlukan dukungan institusi pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat serta masyarakat agar memiliki kesadaran pentingnya kemitra-sejajaran antara perempuan dan laki-laki.

AHKAM JAYADI SH MH Peneliti pada Pusat Studi Wanita IAIN Alauddin Makassar

sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0207/22/dikbud/bias34.htm

06 Februari 2008

Lokakarya Penyusunan Kurikulum PWG

Suatu Tim Kerja dari GKSS dan dari Gereja Kristen Sulawesi Barat (GKSB) yang bekerja sama dengan Yayasan Oase Intim menyelenggarakan lokakarya Dasar-dasar Penyusunan Kurikulum Sekolah Minggu dan Katekisasi pada tanggal 3 - 4 Februari 2008 di TC GKSS Makassar. Lokakarya yang dihadiri 16 peserta dari 2 gereja mitra Oase ini difasilitasi oleh ahli Christian Education, Pdt. Dr. H.T. Hutabarat-Lebang, M.A., dari Institut Teologi Gereja Toraja.

04 Februari 2008

Pendeta Jemaat Oikoumene GKSS Kertago Borongloe


Pada Hari Minggu Sengsara I, 3 Feb 2007, Jemaat Oikoumene Kertago Bortongloe, menyelenggarakan penguraian Pdt. Julius Punnawela, STh, dan mengutus Pdt. Ike Ngelow-Joseph, STh, sebagai pendeta jemaat itu. Acara dilaksanakan oleh Pdt. Muhammad Ramli, S.Th, Sekum MPS GKSS. Khotbah oleh Pdt. E. Maays Baura, S.Th, Wakil Ketua MPS GKSS. Turut hadir Pdt. Luciana Sulle-Laoh, M. Theol., dan Drs. Ernst Pinontoan, MBA, dari MPKK Makassar GKSS. Kebaktian dihadiri seluruh warga jemaat dan hadir pula Paduan Suara Biro Wanita PGIW Sulselbara dipimpin Dr. Anna Samperura-Paerunan.
Tuhan memberkati.