30 Desember 2007

Hari Ibu

Terima Kasih Ibu
Oleh Prakoso Bhairawa Putera S

Suara Pembaruan (30 Des 2007)


Tanggal 22 Desember yang diperingati sebagai Hari Ibu, sudah lewat, tetapi tentu saja tidak berarti hal yang berkaitan dengan ibu sudah dilewatkan begitu saja. Bahkan seperti kasih ibu yang berlangsung sepanjang masa, demikian pula hendaknya kita memberi perhatian pada ibu sepanjang waktu.
Berbicara mengenai Ibu, kita akan dihadapkan pada sosok perempuan atau wanita. Sejarah telah mencatat begitu banyak kaum perempuan mengambil andil dalam setiap jejak langkah perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari perlawanan menghadapi penjajah Belanda yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien dan kawan-kawan sampai dengan perlawanan diplomatik oleh RA Kartini, yang berhasil mengangkat derajat kaum perempuan pada tempat yang sejajar dengan kaum laki-laki, walaupun sampai hari ini masih saja terdapat beberapa kesenjangan dan kekerasan terhadap perempuan.
Dari catatan tahunan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan terdapat 14.020 kasus kekerasan terhadap perempuan pada 2004. Jumlah tersebut meningkat cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya (2003) 7.787 kasus. Jumlah ini adalah kasus yang teridentifikasi. Dari 14.020 kasus tersebut, 4.310 di antaranya merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga, 562 kasus trafficking, dan 302 kasus yang dilakukan aparat negara.
Padahal, jika dilihat sesungguhnya negara Indonesia telah memiliki UU No 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Sayangnya, pemerintah tampaknya masih "setengah hati" dalam mewujudkan pelaksanaannya.
Meski sudah ada UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, masih saja kekerasan terhadap perempuan terjadi. Kekerasan terhadap perempuan termasuk permasalahan yang cukup rumit. Kita akan berhadapan dengan masalah relasi, baik relasi personal (antarindividu), perempuan dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, maupun relasi sosial, perempuan dengan lingkungan masyarakat atau bahkan dengan negara. Jika memulai membangun relasi dengan konfrontasi, maka pasti reaksi yang muncul kemudian adalah resistensi (penolakan). Fakta di lapangan menunjukkan adanya relasi kekuasaan yang timpang antara perempuan dan laki-laki. Ketimpangan relasi ini bisa terjadi dalam rumah, misalnya, antara suami dan istri.
Dengan relasi personal yang tidak seimbang ini, sering terjadi peristiwa kekerasan dalam rumah tangga, seperti pemukulan istri oleh suami, bentakan kasar, caci-maki, penelantaran rumah tangga, ancaman kekerasan, dan pemaksaan yang mengakibatkan kesengsaraan pada diri perempuan.
Pemberdayaan
Di tengah peliknya permasalahan tentang kekerasan terhadap perempuan di negeri ini sudah saatnya kita mengidentifikasikan masalah mendasar, yang menjadi pokok dari setiap hal yang merugikan kaum Ibu. Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, masalah mendasar selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, di samping masih adanya berbagai bentuk praktik diskriminasi perempuan.
Dalam konteks hukum, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Hal lain yang jadi masalah, rendahnya kualitas dan peran perempuan, tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak, rendahnya angka Indeks Pembangunan Gender (Gender Related Development Index-GDI) sebesar 59,2 dibandingkan dengan angka HDI 65,8 dan Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measurement-GEM) 54,6 menempati ranking 33 dari 71 negara yang diukur. Masih banyak hukum dan peraturan perundangan yang bias gender.
Selain itu budaya patriarki yang masih banyak dianut di masyarakat Indonesia sering kali "memposisikan" perempuan pada status subordinat. Seperti, terlihat jika terdapat keterbatasan sumber daya dalam keluarga, maka adik laki- laki yang tetap meneruskan sekolah sedang kakak perempuannya diminta untuk bekerja membantu pekerjaan di rumah dengan argumen bahwa mereka toh nantinya jika menikah juga akan bekerja di dapur.
Perubahan sosial-budaya masyarakat memerlukan waktu yang sangat lama bahkan mungkin dalam ukuran generasi, sehingga upaya yang berkaitan dengan perubahan sosial- budaya diupayakan melalui pembinaan yang terus-menerus.
Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender seperti itu ditanggulangi melalui implementasi Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000 tentang Penghapusan Gender dalam Pembangunan. Inpres ini menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah mengintegrasikan program pemberdayaan perempuan ke dalam program, sektor, dan daerah masing-masing.
Dalam hubungan itu, kebijakan pemberdayaan perempuan diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik, meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan, meningkatkan kampanye antikekerasan terhadap perempuan dan anak, menyempurnakan perangkat hukum pidana yang lebih lengkap untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
Kemudian, meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, memperkuat kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarus-utamaan gender dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidang, termasuk pemenuhan komitmen-komitmen internasional, penyediaan data dan statistik gender serta peningkatan partisipasi masyarakat.
Karakteristik perempuan sebagai ibu bukan saja terletak pada kodrat perempuan hanya untuk mengandung dan melahirkan. Melainkan pada kemampuan seorang ibu dalam mengasuh anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Selain itu, tuntutan dunia modern telah meletakkan perempuan pada posisi yang sejajar dengan laki-laki.
Dengan demikian sudah sangatlah jelas bahwa perempuan juga memiliki peran yang tidak kalah dengan laki-laki. Oleh sebab itu, marilah terus berkarya kaum perempuan, tetapi dengan tetap sadar dan mengerti akan kedudukannya dalam keluarga, masyarakat dan negara.
Saat ini yang perlu disadari bahwa telah begitu banyak pengorbanan dan sumbangsih kaum perempuan, baik yang secara biologis telah "berhak" menyandang predikat ibu maupun yang masih menunggu, tetapi tetap berhak mendapatkannya. Maka dalam memperingati hari pemuliaan kaum ibu ini, adalah saat yang paling baik untuk berterima kasih atas jasa-jasa ibu dalam melaksanakan tugas kodratnya, yakni hamil, melahirkan, menyusui, serta tugas-tugas dalam mewujudkan kemajuan keluarga, masyarakat, dan bangsa ini. Perwujudan dari rasa terima kasih itu bisa berupa pemberian kesempatan untuk berkarya cipta seperti kaum pria.
Penulis adalah pemerhati masalah sosial budaya, Staf Peneliti FISIP Universitas Sriwijaya, Palembang
Last modified: 28/12/07

22 Desember 2007

Oh, Malam Kudus

(dari: http://www.pemudakristen.com/artikel/o_holy_night.php)

O, Holy Night
Oh Malam Kudus


Malam kudus bintang gemerlap bercahya
Malam ini yesusku lahirlah
Manusia binasa dalam dosa
Ters'lamatkan kar'na kristus datang
Yang susah penat bersukacitalah
Kar'na raja mulia lahirlah

Reff:
Sembah sujud oh dengar suara malak
Malam kudus, kristus yesus lahir
Malam kudus, kudus, malam kudus

Malam kudus di langit bertaburan
Bintang kemilau terang cemerlang
Terpancar kini sinar pengharapan
Yang dinantikan sekarang genap
Dan bangsa yang lelah beroleh harap
Melihat fajar kini merekah

Reff:
Mari sujud dengar kidung malaikat
Malam mulia, malam kristus lahir
Malam mulia, malam, malam mulia

O Holy Night
Minuit, Chrétiens atau Cantique de Noël
Words: Placide Clappeau de Roquemaure, 1847; diterjemahkan dari bahasa Prancis ke Inggris oleh John Sullivan Dwight (1812-1893).
Music: Adolphe-Charles Adam (1803-1856).

O holy night, the stars are brightly shining,
It is the night of the dear Savior's birth;
Long lay the world in sin and error pining,
Till He appeared and the soul felt it's worth.
A thrill of hope the weary soul rejoices,
For yonder breaks a new and glorious morn;

Chorus
Fall on your knees, Oh hear the angel voices!
O night divine, O night when Christ was born!
O night divine, O holy night, O night divine.
Led by the light of Faith serenely beaming
With glowing hearts by His cradle we stand
So led by light of a star sweetly gleaming
Here come the wise men from Orient land
The King of kings lay thus in lowly manger
In all our trials born to be our friend. Chorus
Truly He taught us to love one another
His law is love and His gospel is peace
Chains shall He break for the slave is our brother
And in His name all oppression shall cease
Sweet hymns of joy in grateful chorus raise we,
Let all within us praise His holy name. Chorus

Dalam segala hal, lagu yang indah dan sangat brilian dari Prancis yang berjudul "Cantique de Noël" ini, tampak tanpa cacat dan cela. Liriknya yang religius dan melodinya yang sangat indah, serta suasana yang dibawakan kepada kita mencapai puncaknya dalam setiap penampilan lagu ini. Dalam penerimaan publik pun lagu ini diterima dengan sangat baik. Lagu ini termasuk salah satu lagu natal Prancis yang sangat terkenal dan bahkan di dunia internasional.


Tetapi kenapa kemudian seseorang mau menolak dan melarang keras penerbitan dari karya ini di saat-saat natal? Jawabanya terletak bukan pada karakteristik dari lagu ini sendiri, tetapi pada persepsi beberapa orang terhadap pencipta lagu ini. Kisah ini bermula di tahun 1847. Di Lembah Rhône, Prancis, yang terkenal dengan anggurnya yang berkualitas, perbedaan budaya yang mencolok, serta sejarahnya yang menawan, tinggallah seorang pria yang keberadaannya disentuh oleh seluruh aspek di atas. Placide Cappeau (1808-1877), seorang anggota komunitas kota Roquemaure - beberapa mil utara kota bersejarah Avignon - yang jabatannya adalah seorang komisioner mengurus anggur, yang di waktu senggangnya diisi dengan menuliskan bait-bait puisi dalam bahasa Prancis atau dialek Lang d’oc, dengan tidak sengaja menjadi seorang tokoh kecil dalam sejarah.


Kejadian menarik ini terjadi ketika Cappeau menjadi teman sepasang keluarga dari Paris bernama Laurey. Keluarga ini untuk sementara ditempatkan di Selatan Prancis, agar Laurey dapat melanjutkan kariernya di bidang teknik sipil, dengan membangun jembatan melintasi Sungai Rhône di daerah Roquemaure. Tepat sebelum Cappeau pergi ke Paris untuk urusan bisnis, pendeta dari jemaat di sana meminta penulis paruh waktu ini untuk menuliskan sebuah Puisi Natal dan menyerahkannya kepada seorang komponis terkenal di Prancis bernama Adolphe Adam (1803-1856) untuk aransemen musiknya. Adam adalah seorang teman dekat istri pasangan Laurey, yang adalah seorang penyanyi. Dilaporkan, pada 3 Desember 1847, kira-kira di tengah perjalanan ke Paris, Cappeau mendapatkan inspirasi untuk puisi tersebut, "Minuit, Chretiens."


Cappeau sama sekali tidak terkenal pada saat dia menghubungi Adam di Paris. Komponis tersebut sebaliknya, sedang berada pada puncak masa keemasannya - seorang yang sangat popular dan musisi yang sangat aktif. Adam baru beberapa tahun yang lalu, di tahun 1841, menghasilkan karyanya yang terbaik, balet Giselle. Karya ini biasa disebut sebagai 'Hamlet untuk karya balet', karena kisahnya yang menyedihkan, tantangannya untuk balerina yang membawakan, serta keindahan estetika hasil perpaduan koreografi dan musik. Melodi yang dibuatnya untuk karya puisi dari teman Ny. Laurey hanyalah karya kecil dari reputasinya.


Setelah Cappeau membawa karyanya kepada Adam, lagu ini berhasil diselesaikan dalam beberapa hari. Pemunculan perdana dari lagu ini, seperti yang telah direncanakan, adalah pada misa tengah malam di gereja Roquemaure pada Natal 1847. Sangat mudah dimengerti bahwa para penonton tidak menyangka bahwa musik yang begitu menyentuh jiwa ini sebagian adalah hasil karya seseorang dari tempat itu sendiri. Mereka sangat terkesima. Setelah pemunculan ini, bertahun-tahun kemudian, lagu ini menjadi lagu yang sangat terkenal dinyanyikan pada saat Natal. Pertama kali lagu ini diterbitkan pada tahun 1855 oleh Schott and Company di London, dan dari sanalah, lagu ini mengalami beberapa penyesuaian dan diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Terjemahan yang paling terkenal adalah versi O, Holy Night yang ditulis oleh seorang kritikus musik dan jurnalis dari Amerika bernama John Sullivan Dwight (1818-1893).


Karena lagu ini sangat terkenal dan popular, maka beberapa orang kurang menyenangi lagu ini dan menganggapnya tidak mewakili Natal. Alasan utama serangan terhadap lagu ini bukan pada bagian seninya, tetapi lebih kepada karakteristik negatif latar belakang penulisnya. Seorang bishop dari Prancis bahkan pernah mengatakan bahwa lagu ini tidak memiliki cita rasa musik dan kehilangan (tidak ada) spirit agama di dalamnya. Adam berasal dari latar belakang non-Kristen dan pekerjaannya pun adalah komponis lagu-lagu opera untuk teater, sebuah arena yang sangat jauh dari wilayah religius teologis. Lebih buruk lagi, Cappeau, digambarkan sebagai seorang sosial radikal, pemikir bebas, sosialis, dan seorang non-Kristen. Dalam beberapa hal, pengelompokan seperti ini benar. Pada akhir masa hidupnya, Cappeau mengadopsi beberapa pemikiran politik dan sosial yang sangat ekstrim di masanya, seperti menentang ketidaksetaraan, perbudakan, ketidakadilan, dan segala macam penindasan. Hal ini sangat jelas diindikasikan dalam karya puisinya yang terbit tahun 1876 berjudul "Le Château de Roquemaure", sebuah karya puisi filosofis 4000 baris dimana Cappeau menyangkali lirik yang ditulisnya tahun 1847 dan merevisi seluruh isi dan penampakannya. Seluruh keanehan ini terjadi pada akhir-akhir masa hidupnya, dan ditandai dengan kehidupan eksentrik yang sangat jelas. Ketika dia menulis bait-bait lagunya yang indah dan menyentuh, dia mungkin hanyalah seorang Kristen biasa, kalau tidak pendeta jemaat tersebut tidak akan memintanya untuk menuliskan suatu puisi yang sifatnya religius.


Secara keseluruhan, lagu ini mungkin merupakan lagu solo Natal terindah yang ada sekarang ini. Pengaruh lagu ini pada kebudayaan barat diilustrasikan di sebuah cerita yang konon kabarnya belum diketahui kebenarannya. Ketika terjadi perang antara Prancis dan Prussia (sekarang Jerman) di tahun 1870-1871, tentara Prancis dan Jerman saling berhadapan di parit-parit luar kota Paris. Pada malam Natal, seorang tentara Prancis tidak disangka-sangka melompat keluar parit dan menyanyikan lagu ini. Terpesona akan keindahan lagu ini, para tentara Jerman bukan saja tidak menembak tentara Prancis tersebut, malah mulai menyanyikan lagu Natal yang terkenal di Jerman yang ditulis oleh Martin Luther berjudul "Vom Himmel hoch" ("From Heaven Above to Earth I come"). Benar tidaknya kejadian ini, setidaknya melukiskan betapa lagu ini begitu dicintai. Jika ini sejarah, maka hal ini melukiskan pengaruh budaya dari lagu tersebut. Jika ini hanya cerita, maka hal ini mencerminkan pengaruh yang berkelanjutan dari lagu ini dalam imajinasi manusia.

Little Drummer Boy

(terj. Zakaria Ngelow, Des 2007)
(by Katherine K. Davis, Henry Onorati and Harry Simeone, 1958)


Hai mari sembah pa rum pum pum pum
Sudah lahir Raja pa rum pum pum pum
Bawalah hadiah pa rum pum pum pum
Berikan Sang Raja pa rum pum pum pum
rum pum pum pum, rum pum pum pum
Mengangungkan-Nya pa rum pum pum pum
Di had’rat-Nya

Bayi Yesus pa rum pum pum pum
Aku anak miskin pa rum pum pum pum
Tak punya hadiah, pa rum pum pum pum
Yang sepadan Raja pa rum pum pum pum
rum pum pum pum, rum pum pum pum
Kutabuh saja pa rum pum pum pum
Genderangku?

Maria senyum pa rum pum pum pum
Lembu domba diam pa rum pum pum pum
Kutabuhkan gendang pa rum pum pum pum
Tabuh gendang merdu pa rum pum pum pum,
rum pum pum pum, rum pum pum pum


Dia pun senyum pa rum pum pum pum
Kepadaku
Dan gendangku

04 Desember 2007

Pesan Natal PGI-KWI 2007

PESAN NATAL BERSAMAPERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DAN KONFERENSI WALI GEREJA INDONESIA - TAHUN 2007 “HIDUPLAH DENGAN BIJAKSANA, ADIL, DAN BERIBADAH”(Bdk.Titus 2:12)

Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada, salam sejahtera dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana Natal yang menyinggahi ruang-ruang kehidupan, kita mengucap syukur kepada Allah atas kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat kita, karena dalam Dialah “kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11). Yesus Kristus datang ke dunia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16). Kasih karunia Allah yang tampak dalam diri Yesus Kristus itu pertama-tama membuat kita sanggup meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi (Titus 2:12), lalu mendidik kita untuk “hidup bijaksana, adil dan beribadah” (Titus 2:12).Kasih karunia Allah itu mendidik kita untuk menjadi bijaksana dan penuh penguasaan diri. Kita telah dipanggil untuk mengikuti Kristus dan telah menyatakan kesediaan untuk mengikut-Nya. Dalam setiap saat dan kesempatan, kita diajar mendengarkan firman Allah dan hidup sesuai dengan firman itu, seperti Kristus sendiri berada dalam ketaatan penuh kepada Bapa.Kebijaksanaan Kristiani ini haruslah memancar dalam hubungan dengan sesama. Dalam diri Anak-Nya Allah memberikan keselamatan kepada semua manusia tanpa memandang suku, status sosial, dan agama. Allah menjadi manusia untuk menebusnya dari segala cela dan dosanya. Seperti Allah mengasihi semua orang, kita pun dipanggil untuk mengasihi sesama manusia, lebih-lebih sesama yang dipertemukan oleh Allah dengan kita dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Ketika kita mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, dan status sosial, maka kita telah berlaku adil. Kita telah menerima kasih dari Allah, dan Allah menghendaki agar kita mampu membawa kasih itu kepada sesama.Kehendak Allah hanya dapat kita mengerti bila kita sendiri memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Dalam ibadah yang kita lakukan, kita mendengarkan firman Allah, merayakan karya penyelamatan Allah, dan membina hubungan dengan Allah. Ibadah yang sejati membawa manusia pada kebahagiaan karena hakekat kehidupan beragama adalah hidup dalam hubungan pribadi dengan Allah dan ikut mengambil bagian dalam karya Allah untuk mengasihi manusia dan dunia.

2. Rakyat telah memilih orang-orang yang dipercaya untuk memperhatikan dan melayani kepentingan umum demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Walaupun ada di antara mereka yang dipilih itu justru sibuk mengurusi kepentingan sendiri dan lebih mempedulikan kekuasaan daripada kesejahteraan bersama, tidak bisa disangkal bahwa ada banyak orang yang penuh kesungguhan hati melayani sesama.Dengan dukungan pemerintah atau dengan usaha sendiri, mereka telah berjuang membantu sesama warga bangsa untuk mencapai kesejahteraan dan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Menurut kemampuan masing-masing, banyak anggota masyarakat, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, telah berjuang memajukan pendidikan bagi anak-anak bangsa karena sadar bahwa kemajuan bangsa ini sangat ditentukan oleh pendidikan mereka di masa sekarang.Kita berusaha dengan tidak henti-hentinya agar seluruh warga bangsa dapat hidup dengan rukun dan damai. Dalam hubungan itu, kita berupaya untuk terus menerus melakukan dialog dengan berbagai kelompok agama dan masyarakat supaya setiap warga dapat menjalankan kehidupan imannya secara lebih penuh tanpa rasa takut dan curiga satu sama lain. Berbagai hambatan dan kesulitan dalam usaha dialog ini telah kita lalui dan tidak perlu membuat kita patah semangat.Kita patut bersyukur oleh karena bangsa kita telah sanggup bertahan menghadapi berbagai bencana yang silih berganti melanda negeri kita. Berbagai bencana itu tidak membuat kita putus asa dan berhenti berusaha. Masih banyak warga bangsa yang turut berbeda rasa dan membantu meringankan beban sesama yang ditimpa bencana dan malapetaka sehingga mereka tidak terhimpit dalam penderitaan yang berkepanjangan.

3. Dalam segala usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, memajukan pendidikan, dan menciptakan kerukunan itu baiklah kita ingat akan kasih karunia Allah yang telah dinyatakan dalam diri Kristus. Kasih karunia itu telah mendidik kita dan memberi kita kemampuan agar sanggup hidup secara bijaksana, adil, dan beribadah. Untuk mewujudkan hal itu kami mengajak seluruh umat Kristiani Indonesia mewujudkan hal-hal berikut:? Tekun mendengarkan firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci agar kebijaksanaan ilahi meresapi pikiran dan hati kita. Kita menyadari bahwa kemajuan zaman merupakan tantangan tersendiri bagi kehidupan iman kita. Sebab itu, anak-anak, remaja, dan kaum muda hendaknya sejak dini diajar untuk mendengarkan firman Allah dan menaatinya.? Tetap melibatkan diri dalam usaha-usaha untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Dengan cara ini, secara nyata kita menjalankan perintah Allah untuk berlaku adil kepada semua orang dan mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, ataupun golongan. Dalam segala usaha ini marilah kita memohon bantuan Tuhan agar Ia menganugerahkan kesejahteraan bagi bangsa kita, kebijaksanaan bagi para pemimpin bangsa kita, dan keamanan bagi negeri kita.? Terus-menerus menjalankan dengan setia ibadah sejati kepada Allah demi pemantapan iman kepada Tuhan dan menghindarkan diri dari ibadah yang basa-basi. Ibadah sejati tidak dijalankan untuk memamerkan kesalehan tetapi untuk membina hubungan pribadi dengan Allah sehingga benar-benar menghasilkan buah nyata dalam tindakan. Oleh karena itu, hendaknya kita menjauhkan diri dari segala tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah seperti korupsi, penyalahgunaan narkoba, tindak kekerasan, dan sebagainya. Kita dipanggil untuk mengembangkan dan memelihara kebebasan yang bertanggung jawab agar semua warga bangsa dapat menjalankan ibadah dengan leluasa sesuai dengan tatacara agama masing-masing dan kekayaan budaya para pemeluknya.

Akhirnya, marilah kita memohon kebijaksanaan Allah agar kita sanggup memahami Firman Allah dan hidup menurut firman itu, sebagaimana Kristus sendiri hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa.

SELAMAT NATAL 2007 DAN TAHUN BARU 2008

Jakarta, Medio November 2007
Majelis Pekerja HarianPersekutuan Gereja-gereja di Indonesia

ttdPdt. Dr. A. A. YewangoeKetua Umum
ttdPdt. Dr. Richard M. DaulaySekretaris Umum


Konferensi Waligereja Indonesia

ttdMgr.Martinus D.Situmorang,O.F.M.Cap.Ketua
ttdMgr. A.M. Sutrisnaatmaka, M.S.F.Sekretaris Jenderal



PESAN NATAL BERSAMAPERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DAN KONFERENSI WALI GEREJA INDONESIA – TAHUN 2007

TEMA:“HIDUPLAH DENGAN BIJAKSANA,ADIL,DAN BERIBADAH”(Bdk. Titus. 2:12)