30 Desember 2007

Hari Ibu

Terima Kasih Ibu
Oleh Prakoso Bhairawa Putera S

Suara Pembaruan (30 Des 2007)


Tanggal 22 Desember yang diperingati sebagai Hari Ibu, sudah lewat, tetapi tentu saja tidak berarti hal yang berkaitan dengan ibu sudah dilewatkan begitu saja. Bahkan seperti kasih ibu yang berlangsung sepanjang masa, demikian pula hendaknya kita memberi perhatian pada ibu sepanjang waktu.
Berbicara mengenai Ibu, kita akan dihadapkan pada sosok perempuan atau wanita. Sejarah telah mencatat begitu banyak kaum perempuan mengambil andil dalam setiap jejak langkah perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari perlawanan menghadapi penjajah Belanda yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien dan kawan-kawan sampai dengan perlawanan diplomatik oleh RA Kartini, yang berhasil mengangkat derajat kaum perempuan pada tempat yang sejajar dengan kaum laki-laki, walaupun sampai hari ini masih saja terdapat beberapa kesenjangan dan kekerasan terhadap perempuan.
Dari catatan tahunan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan terdapat 14.020 kasus kekerasan terhadap perempuan pada 2004. Jumlah tersebut meningkat cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya (2003) 7.787 kasus. Jumlah ini adalah kasus yang teridentifikasi. Dari 14.020 kasus tersebut, 4.310 di antaranya merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga, 562 kasus trafficking, dan 302 kasus yang dilakukan aparat negara.
Padahal, jika dilihat sesungguhnya negara Indonesia telah memiliki UU No 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Sayangnya, pemerintah tampaknya masih "setengah hati" dalam mewujudkan pelaksanaannya.
Meski sudah ada UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, masih saja kekerasan terhadap perempuan terjadi. Kekerasan terhadap perempuan termasuk permasalahan yang cukup rumit. Kita akan berhadapan dengan masalah relasi, baik relasi personal (antarindividu), perempuan dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, maupun relasi sosial, perempuan dengan lingkungan masyarakat atau bahkan dengan negara. Jika memulai membangun relasi dengan konfrontasi, maka pasti reaksi yang muncul kemudian adalah resistensi (penolakan). Fakta di lapangan menunjukkan adanya relasi kekuasaan yang timpang antara perempuan dan laki-laki. Ketimpangan relasi ini bisa terjadi dalam rumah, misalnya, antara suami dan istri.
Dengan relasi personal yang tidak seimbang ini, sering terjadi peristiwa kekerasan dalam rumah tangga, seperti pemukulan istri oleh suami, bentakan kasar, caci-maki, penelantaran rumah tangga, ancaman kekerasan, dan pemaksaan yang mengakibatkan kesengsaraan pada diri perempuan.
Pemberdayaan
Di tengah peliknya permasalahan tentang kekerasan terhadap perempuan di negeri ini sudah saatnya kita mengidentifikasikan masalah mendasar, yang menjadi pokok dari setiap hal yang merugikan kaum Ibu. Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, masalah mendasar selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, di samping masih adanya berbagai bentuk praktik diskriminasi perempuan.
Dalam konteks hukum, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Hal lain yang jadi masalah, rendahnya kualitas dan peran perempuan, tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak, rendahnya angka Indeks Pembangunan Gender (Gender Related Development Index-GDI) sebesar 59,2 dibandingkan dengan angka HDI 65,8 dan Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measurement-GEM) 54,6 menempati ranking 33 dari 71 negara yang diukur. Masih banyak hukum dan peraturan perundangan yang bias gender.
Selain itu budaya patriarki yang masih banyak dianut di masyarakat Indonesia sering kali "memposisikan" perempuan pada status subordinat. Seperti, terlihat jika terdapat keterbatasan sumber daya dalam keluarga, maka adik laki- laki yang tetap meneruskan sekolah sedang kakak perempuannya diminta untuk bekerja membantu pekerjaan di rumah dengan argumen bahwa mereka toh nantinya jika menikah juga akan bekerja di dapur.
Perubahan sosial-budaya masyarakat memerlukan waktu yang sangat lama bahkan mungkin dalam ukuran generasi, sehingga upaya yang berkaitan dengan perubahan sosial- budaya diupayakan melalui pembinaan yang terus-menerus.
Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender seperti itu ditanggulangi melalui implementasi Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000 tentang Penghapusan Gender dalam Pembangunan. Inpres ini menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah mengintegrasikan program pemberdayaan perempuan ke dalam program, sektor, dan daerah masing-masing.
Dalam hubungan itu, kebijakan pemberdayaan perempuan diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik, meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan, meningkatkan kampanye antikekerasan terhadap perempuan dan anak, menyempurnakan perangkat hukum pidana yang lebih lengkap untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
Kemudian, meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, memperkuat kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarus-utamaan gender dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidang, termasuk pemenuhan komitmen-komitmen internasional, penyediaan data dan statistik gender serta peningkatan partisipasi masyarakat.
Karakteristik perempuan sebagai ibu bukan saja terletak pada kodrat perempuan hanya untuk mengandung dan melahirkan. Melainkan pada kemampuan seorang ibu dalam mengasuh anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Selain itu, tuntutan dunia modern telah meletakkan perempuan pada posisi yang sejajar dengan laki-laki.
Dengan demikian sudah sangatlah jelas bahwa perempuan juga memiliki peran yang tidak kalah dengan laki-laki. Oleh sebab itu, marilah terus berkarya kaum perempuan, tetapi dengan tetap sadar dan mengerti akan kedudukannya dalam keluarga, masyarakat dan negara.
Saat ini yang perlu disadari bahwa telah begitu banyak pengorbanan dan sumbangsih kaum perempuan, baik yang secara biologis telah "berhak" menyandang predikat ibu maupun yang masih menunggu, tetapi tetap berhak mendapatkannya. Maka dalam memperingati hari pemuliaan kaum ibu ini, adalah saat yang paling baik untuk berterima kasih atas jasa-jasa ibu dalam melaksanakan tugas kodratnya, yakni hamil, melahirkan, menyusui, serta tugas-tugas dalam mewujudkan kemajuan keluarga, masyarakat, dan bangsa ini. Perwujudan dari rasa terima kasih itu bisa berupa pemberian kesempatan untuk berkarya cipta seperti kaum pria.
Penulis adalah pemerhati masalah sosial budaya, Staf Peneliti FISIP Universitas Sriwijaya, Palembang
Last modified: 28/12/07

22 Desember 2007

Oh, Malam Kudus

(dari: http://www.pemudakristen.com/artikel/o_holy_night.php)

O, Holy Night
Oh Malam Kudus


Malam kudus bintang gemerlap bercahya
Malam ini yesusku lahirlah
Manusia binasa dalam dosa
Ters'lamatkan kar'na kristus datang
Yang susah penat bersukacitalah
Kar'na raja mulia lahirlah

Reff:
Sembah sujud oh dengar suara malak
Malam kudus, kristus yesus lahir
Malam kudus, kudus, malam kudus

Malam kudus di langit bertaburan
Bintang kemilau terang cemerlang
Terpancar kini sinar pengharapan
Yang dinantikan sekarang genap
Dan bangsa yang lelah beroleh harap
Melihat fajar kini merekah

Reff:
Mari sujud dengar kidung malaikat
Malam mulia, malam kristus lahir
Malam mulia, malam, malam mulia

O Holy Night
Minuit, Chrétiens atau Cantique de Noël
Words: Placide Clappeau de Roquemaure, 1847; diterjemahkan dari bahasa Prancis ke Inggris oleh John Sullivan Dwight (1812-1893).
Music: Adolphe-Charles Adam (1803-1856).

O holy night, the stars are brightly shining,
It is the night of the dear Savior's birth;
Long lay the world in sin and error pining,
Till He appeared and the soul felt it's worth.
A thrill of hope the weary soul rejoices,
For yonder breaks a new and glorious morn;

Chorus
Fall on your knees, Oh hear the angel voices!
O night divine, O night when Christ was born!
O night divine, O holy night, O night divine.
Led by the light of Faith serenely beaming
With glowing hearts by His cradle we stand
So led by light of a star sweetly gleaming
Here come the wise men from Orient land
The King of kings lay thus in lowly manger
In all our trials born to be our friend. Chorus
Truly He taught us to love one another
His law is love and His gospel is peace
Chains shall He break for the slave is our brother
And in His name all oppression shall cease
Sweet hymns of joy in grateful chorus raise we,
Let all within us praise His holy name. Chorus

Dalam segala hal, lagu yang indah dan sangat brilian dari Prancis yang berjudul "Cantique de Noël" ini, tampak tanpa cacat dan cela. Liriknya yang religius dan melodinya yang sangat indah, serta suasana yang dibawakan kepada kita mencapai puncaknya dalam setiap penampilan lagu ini. Dalam penerimaan publik pun lagu ini diterima dengan sangat baik. Lagu ini termasuk salah satu lagu natal Prancis yang sangat terkenal dan bahkan di dunia internasional.


Tetapi kenapa kemudian seseorang mau menolak dan melarang keras penerbitan dari karya ini di saat-saat natal? Jawabanya terletak bukan pada karakteristik dari lagu ini sendiri, tetapi pada persepsi beberapa orang terhadap pencipta lagu ini. Kisah ini bermula di tahun 1847. Di Lembah Rhône, Prancis, yang terkenal dengan anggurnya yang berkualitas, perbedaan budaya yang mencolok, serta sejarahnya yang menawan, tinggallah seorang pria yang keberadaannya disentuh oleh seluruh aspek di atas. Placide Cappeau (1808-1877), seorang anggota komunitas kota Roquemaure - beberapa mil utara kota bersejarah Avignon - yang jabatannya adalah seorang komisioner mengurus anggur, yang di waktu senggangnya diisi dengan menuliskan bait-bait puisi dalam bahasa Prancis atau dialek Lang d’oc, dengan tidak sengaja menjadi seorang tokoh kecil dalam sejarah.


Kejadian menarik ini terjadi ketika Cappeau menjadi teman sepasang keluarga dari Paris bernama Laurey. Keluarga ini untuk sementara ditempatkan di Selatan Prancis, agar Laurey dapat melanjutkan kariernya di bidang teknik sipil, dengan membangun jembatan melintasi Sungai Rhône di daerah Roquemaure. Tepat sebelum Cappeau pergi ke Paris untuk urusan bisnis, pendeta dari jemaat di sana meminta penulis paruh waktu ini untuk menuliskan sebuah Puisi Natal dan menyerahkannya kepada seorang komponis terkenal di Prancis bernama Adolphe Adam (1803-1856) untuk aransemen musiknya. Adam adalah seorang teman dekat istri pasangan Laurey, yang adalah seorang penyanyi. Dilaporkan, pada 3 Desember 1847, kira-kira di tengah perjalanan ke Paris, Cappeau mendapatkan inspirasi untuk puisi tersebut, "Minuit, Chretiens."


Cappeau sama sekali tidak terkenal pada saat dia menghubungi Adam di Paris. Komponis tersebut sebaliknya, sedang berada pada puncak masa keemasannya - seorang yang sangat popular dan musisi yang sangat aktif. Adam baru beberapa tahun yang lalu, di tahun 1841, menghasilkan karyanya yang terbaik, balet Giselle. Karya ini biasa disebut sebagai 'Hamlet untuk karya balet', karena kisahnya yang menyedihkan, tantangannya untuk balerina yang membawakan, serta keindahan estetika hasil perpaduan koreografi dan musik. Melodi yang dibuatnya untuk karya puisi dari teman Ny. Laurey hanyalah karya kecil dari reputasinya.


Setelah Cappeau membawa karyanya kepada Adam, lagu ini berhasil diselesaikan dalam beberapa hari. Pemunculan perdana dari lagu ini, seperti yang telah direncanakan, adalah pada misa tengah malam di gereja Roquemaure pada Natal 1847. Sangat mudah dimengerti bahwa para penonton tidak menyangka bahwa musik yang begitu menyentuh jiwa ini sebagian adalah hasil karya seseorang dari tempat itu sendiri. Mereka sangat terkesima. Setelah pemunculan ini, bertahun-tahun kemudian, lagu ini menjadi lagu yang sangat terkenal dinyanyikan pada saat Natal. Pertama kali lagu ini diterbitkan pada tahun 1855 oleh Schott and Company di London, dan dari sanalah, lagu ini mengalami beberapa penyesuaian dan diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Terjemahan yang paling terkenal adalah versi O, Holy Night yang ditulis oleh seorang kritikus musik dan jurnalis dari Amerika bernama John Sullivan Dwight (1818-1893).


Karena lagu ini sangat terkenal dan popular, maka beberapa orang kurang menyenangi lagu ini dan menganggapnya tidak mewakili Natal. Alasan utama serangan terhadap lagu ini bukan pada bagian seninya, tetapi lebih kepada karakteristik negatif latar belakang penulisnya. Seorang bishop dari Prancis bahkan pernah mengatakan bahwa lagu ini tidak memiliki cita rasa musik dan kehilangan (tidak ada) spirit agama di dalamnya. Adam berasal dari latar belakang non-Kristen dan pekerjaannya pun adalah komponis lagu-lagu opera untuk teater, sebuah arena yang sangat jauh dari wilayah religius teologis. Lebih buruk lagi, Cappeau, digambarkan sebagai seorang sosial radikal, pemikir bebas, sosialis, dan seorang non-Kristen. Dalam beberapa hal, pengelompokan seperti ini benar. Pada akhir masa hidupnya, Cappeau mengadopsi beberapa pemikiran politik dan sosial yang sangat ekstrim di masanya, seperti menentang ketidaksetaraan, perbudakan, ketidakadilan, dan segala macam penindasan. Hal ini sangat jelas diindikasikan dalam karya puisinya yang terbit tahun 1876 berjudul "Le Château de Roquemaure", sebuah karya puisi filosofis 4000 baris dimana Cappeau menyangkali lirik yang ditulisnya tahun 1847 dan merevisi seluruh isi dan penampakannya. Seluruh keanehan ini terjadi pada akhir-akhir masa hidupnya, dan ditandai dengan kehidupan eksentrik yang sangat jelas. Ketika dia menulis bait-bait lagunya yang indah dan menyentuh, dia mungkin hanyalah seorang Kristen biasa, kalau tidak pendeta jemaat tersebut tidak akan memintanya untuk menuliskan suatu puisi yang sifatnya religius.


Secara keseluruhan, lagu ini mungkin merupakan lagu solo Natal terindah yang ada sekarang ini. Pengaruh lagu ini pada kebudayaan barat diilustrasikan di sebuah cerita yang konon kabarnya belum diketahui kebenarannya. Ketika terjadi perang antara Prancis dan Prussia (sekarang Jerman) di tahun 1870-1871, tentara Prancis dan Jerman saling berhadapan di parit-parit luar kota Paris. Pada malam Natal, seorang tentara Prancis tidak disangka-sangka melompat keluar parit dan menyanyikan lagu ini. Terpesona akan keindahan lagu ini, para tentara Jerman bukan saja tidak menembak tentara Prancis tersebut, malah mulai menyanyikan lagu Natal yang terkenal di Jerman yang ditulis oleh Martin Luther berjudul "Vom Himmel hoch" ("From Heaven Above to Earth I come"). Benar tidaknya kejadian ini, setidaknya melukiskan betapa lagu ini begitu dicintai. Jika ini sejarah, maka hal ini melukiskan pengaruh budaya dari lagu tersebut. Jika ini hanya cerita, maka hal ini mencerminkan pengaruh yang berkelanjutan dari lagu ini dalam imajinasi manusia.

Little Drummer Boy

(terj. Zakaria Ngelow, Des 2007)
(by Katherine K. Davis, Henry Onorati and Harry Simeone, 1958)


Hai mari sembah pa rum pum pum pum
Sudah lahir Raja pa rum pum pum pum
Bawalah hadiah pa rum pum pum pum
Berikan Sang Raja pa rum pum pum pum
rum pum pum pum, rum pum pum pum
Mengangungkan-Nya pa rum pum pum pum
Di had’rat-Nya

Bayi Yesus pa rum pum pum pum
Aku anak miskin pa rum pum pum pum
Tak punya hadiah, pa rum pum pum pum
Yang sepadan Raja pa rum pum pum pum
rum pum pum pum, rum pum pum pum
Kutabuh saja pa rum pum pum pum
Genderangku?

Maria senyum pa rum pum pum pum
Lembu domba diam pa rum pum pum pum
Kutabuhkan gendang pa rum pum pum pum
Tabuh gendang merdu pa rum pum pum pum,
rum pum pum pum, rum pum pum pum


Dia pun senyum pa rum pum pum pum
Kepadaku
Dan gendangku

04 Desember 2007

Pesan Natal PGI-KWI 2007

PESAN NATAL BERSAMAPERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DAN KONFERENSI WALI GEREJA INDONESIA - TAHUN 2007 “HIDUPLAH DENGAN BIJAKSANA, ADIL, DAN BERIBADAH”(Bdk.Titus 2:12)

Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada, salam sejahtera dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana Natal yang menyinggahi ruang-ruang kehidupan, kita mengucap syukur kepada Allah atas kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat kita, karena dalam Dialah “kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11). Yesus Kristus datang ke dunia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16). Kasih karunia Allah yang tampak dalam diri Yesus Kristus itu pertama-tama membuat kita sanggup meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi (Titus 2:12), lalu mendidik kita untuk “hidup bijaksana, adil dan beribadah” (Titus 2:12).Kasih karunia Allah itu mendidik kita untuk menjadi bijaksana dan penuh penguasaan diri. Kita telah dipanggil untuk mengikuti Kristus dan telah menyatakan kesediaan untuk mengikut-Nya. Dalam setiap saat dan kesempatan, kita diajar mendengarkan firman Allah dan hidup sesuai dengan firman itu, seperti Kristus sendiri berada dalam ketaatan penuh kepada Bapa.Kebijaksanaan Kristiani ini haruslah memancar dalam hubungan dengan sesama. Dalam diri Anak-Nya Allah memberikan keselamatan kepada semua manusia tanpa memandang suku, status sosial, dan agama. Allah menjadi manusia untuk menebusnya dari segala cela dan dosanya. Seperti Allah mengasihi semua orang, kita pun dipanggil untuk mengasihi sesama manusia, lebih-lebih sesama yang dipertemukan oleh Allah dengan kita dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Ketika kita mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, dan status sosial, maka kita telah berlaku adil. Kita telah menerima kasih dari Allah, dan Allah menghendaki agar kita mampu membawa kasih itu kepada sesama.Kehendak Allah hanya dapat kita mengerti bila kita sendiri memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Dalam ibadah yang kita lakukan, kita mendengarkan firman Allah, merayakan karya penyelamatan Allah, dan membina hubungan dengan Allah. Ibadah yang sejati membawa manusia pada kebahagiaan karena hakekat kehidupan beragama adalah hidup dalam hubungan pribadi dengan Allah dan ikut mengambil bagian dalam karya Allah untuk mengasihi manusia dan dunia.

2. Rakyat telah memilih orang-orang yang dipercaya untuk memperhatikan dan melayani kepentingan umum demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Walaupun ada di antara mereka yang dipilih itu justru sibuk mengurusi kepentingan sendiri dan lebih mempedulikan kekuasaan daripada kesejahteraan bersama, tidak bisa disangkal bahwa ada banyak orang yang penuh kesungguhan hati melayani sesama.Dengan dukungan pemerintah atau dengan usaha sendiri, mereka telah berjuang membantu sesama warga bangsa untuk mencapai kesejahteraan dan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Menurut kemampuan masing-masing, banyak anggota masyarakat, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, telah berjuang memajukan pendidikan bagi anak-anak bangsa karena sadar bahwa kemajuan bangsa ini sangat ditentukan oleh pendidikan mereka di masa sekarang.Kita berusaha dengan tidak henti-hentinya agar seluruh warga bangsa dapat hidup dengan rukun dan damai. Dalam hubungan itu, kita berupaya untuk terus menerus melakukan dialog dengan berbagai kelompok agama dan masyarakat supaya setiap warga dapat menjalankan kehidupan imannya secara lebih penuh tanpa rasa takut dan curiga satu sama lain. Berbagai hambatan dan kesulitan dalam usaha dialog ini telah kita lalui dan tidak perlu membuat kita patah semangat.Kita patut bersyukur oleh karena bangsa kita telah sanggup bertahan menghadapi berbagai bencana yang silih berganti melanda negeri kita. Berbagai bencana itu tidak membuat kita putus asa dan berhenti berusaha. Masih banyak warga bangsa yang turut berbeda rasa dan membantu meringankan beban sesama yang ditimpa bencana dan malapetaka sehingga mereka tidak terhimpit dalam penderitaan yang berkepanjangan.

3. Dalam segala usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, memajukan pendidikan, dan menciptakan kerukunan itu baiklah kita ingat akan kasih karunia Allah yang telah dinyatakan dalam diri Kristus. Kasih karunia itu telah mendidik kita dan memberi kita kemampuan agar sanggup hidup secara bijaksana, adil, dan beribadah. Untuk mewujudkan hal itu kami mengajak seluruh umat Kristiani Indonesia mewujudkan hal-hal berikut:? Tekun mendengarkan firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci agar kebijaksanaan ilahi meresapi pikiran dan hati kita. Kita menyadari bahwa kemajuan zaman merupakan tantangan tersendiri bagi kehidupan iman kita. Sebab itu, anak-anak, remaja, dan kaum muda hendaknya sejak dini diajar untuk mendengarkan firman Allah dan menaatinya.? Tetap melibatkan diri dalam usaha-usaha untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Dengan cara ini, secara nyata kita menjalankan perintah Allah untuk berlaku adil kepada semua orang dan mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, ataupun golongan. Dalam segala usaha ini marilah kita memohon bantuan Tuhan agar Ia menganugerahkan kesejahteraan bagi bangsa kita, kebijaksanaan bagi para pemimpin bangsa kita, dan keamanan bagi negeri kita.? Terus-menerus menjalankan dengan setia ibadah sejati kepada Allah demi pemantapan iman kepada Tuhan dan menghindarkan diri dari ibadah yang basa-basi. Ibadah sejati tidak dijalankan untuk memamerkan kesalehan tetapi untuk membina hubungan pribadi dengan Allah sehingga benar-benar menghasilkan buah nyata dalam tindakan. Oleh karena itu, hendaknya kita menjauhkan diri dari segala tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah seperti korupsi, penyalahgunaan narkoba, tindak kekerasan, dan sebagainya. Kita dipanggil untuk mengembangkan dan memelihara kebebasan yang bertanggung jawab agar semua warga bangsa dapat menjalankan ibadah dengan leluasa sesuai dengan tatacara agama masing-masing dan kekayaan budaya para pemeluknya.

Akhirnya, marilah kita memohon kebijaksanaan Allah agar kita sanggup memahami Firman Allah dan hidup menurut firman itu, sebagaimana Kristus sendiri hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa.

SELAMAT NATAL 2007 DAN TAHUN BARU 2008

Jakarta, Medio November 2007
Majelis Pekerja HarianPersekutuan Gereja-gereja di Indonesia

ttdPdt. Dr. A. A. YewangoeKetua Umum
ttdPdt. Dr. Richard M. DaulaySekretaris Umum


Konferensi Waligereja Indonesia

ttdMgr.Martinus D.Situmorang,O.F.M.Cap.Ketua
ttdMgr. A.M. Sutrisnaatmaka, M.S.F.Sekretaris Jenderal



PESAN NATAL BERSAMAPERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DAN KONFERENSI WALI GEREJA INDONESIA – TAHUN 2007

TEMA:“HIDUPLAH DENGAN BIJAKSANA,ADIL,DAN BERIBADAH”(Bdk. Titus. 2:12)

08 November 2007

Cancer, update RS Johns Hopkins

SETELAH BERTAHUN2 MENGATAKAN PADA KHALAYAK BAHWA KEMOTERAPI ADALAH CARA SATU2NYA UNTUK MENCOBA (KATA KUNCI:MENCOBA) DAN MENGHILANGKAN PENYAKIT CANCER, JOHN HOPKINS AKHIRNNYA MULAI MENGATAKAN: "ADA CARA ALTERNATIF".Update dari John Hopkins:
1. Tiap orang mempunyai sel kanker. Sel kanker ini tidak tampak dalam pemeriksaan standar sampai sel2 ini berkembang biak hingga berjuta jumlah nya. Pada saat dokter memberitahu pasien bahwa "tidak ada sel kanker lagi" setelah menjalani pengobatan, itu artinya pemeriksaan yang dilakukan sudah tidak dapat mendeteksi sel2 cancer karena sel2 tersebut sudah berada di bawah ukuran/jumlah yang dapat terdeteksi
2. Sel cancer tumbuh antara 6 sampai lebih dari 10 kali dalam jangka waktu hidup manusia.
3. Pada saat kekebalan tubuh seseorang tinggi, sel2 cancer akan dihancurkan dan dicegah sehingga tidak dapat bertambah banyak dan membentuk tumor.
4. Pada saat seseorang menderita cancer ini menunjukkan bahwa orang tersebut mengalami beberapa kekurangan nutrisi. Ini dapat terjadi karena faktor genetika, lingkungan, makanan dan cara hidup.
5. Untuk menanggulangi kekurangan nutrisi dan memperkuat sistem kekebalan tubuh dapat ditempuh dengan merubah diet (cara makan) dan menambahkan asupan suplemen.
6. Kemoterapi, meracuni sel cancer yang bertumbuh cepat, tapi pada saat yang sama juga menghancurkan pertumbuhan sel sehat dalam tulang sumsum,gastro-intestinal tracts (saluran pencernaan) dll, dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ2 lain, seperti hati, ginjal, jantung, paru2 dll.
7. Sedangkan radiasi, bersamaan dengan fungsinya yang menghancurkan sel cancer, juga menyebabkan luka bakar, meninggalkan bekas luka, dan merusak sel, tissues, dan organ yang sehat.
8. Perawatan dini dengan kemoterapi dan radiasi dapat mengurangi ukuran tumor. Namun penerapan kemoterapi dan radiasi yang berkepanjangan tidak akan menghasilkan pengurangan tumor lebih lanjut.
9. Pada saat tubuh menanggung beban racun yang berlebihan dari kemoterapi dan radiasi, sistem kekebalan tubuh akan terancam atau hancur, karena itulah seseorang akan mengalami berbagai macam infeksi dan komplikasi.
10. Kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan sel kanker bermutasi dan menjadi tahan dan sulit untuk dihancurkan. Operasi juga dapat menyebabkan sel cancer menyebar ke tempat2 lainnya.
11. Cara efektif untuk melawan cancer adalah dengan membuatnya kelaparan, yaitu dengan cara tidak memberikan makanan yg dibutuhkan dalam sel untuk dapat berkembang biak
SEL CANCER MEMAKAN:
· Gula. Dengan meniadakan gula dalam asupan makanan itu berarti menghilangkan makanan utama sel cancer. Pengganti gula seperti NutraSweet, Equal, Spoonful, dll dibuat dari Aspartame, dan ini berbahaya. Pengganti yang lebih natural yaitu madu Manuka atau molasses, tapi dalam jumlah yang sedikit. Garam meja mengandung bahan kimia tambahan untuk menjadikannya putih. Alternatif yang lebih baik yaitu Bragg's aminos atau garam laut.
· Susu menyebabkan tubuh menghasilkan mucus, terutama di dalam gastro-intestinal tract (saluran pencernaan). Mucus juga makanan sel kanker. Dengan meniadakan susu dan menggantikannya dengan susu kedelai (tanpa gula) sel-sel cancer akan kelaparan.
· Sel2 cancer berkembang dengan baik di lingkungan yang tinggi asam. Dietari yang berbasis daging sangat tinggi kadar asamnya. Oleh karena itu lebih baik mengkonsumsi ikan, sedikit ayam daripada sapi atau babi. Daging juga mengandung antibiotic, hormon tambahan dan parasit2 untuk peternakan. Kesemuanya ini sangat berbahaya, terutama untuk penderita cancer.
· Dietari yang 80% berbasis sayuran segar dan sarinya (jus), whole grain , kacang2an dan sedikit buah akan membantu menjadikan tubuh dalam situasi alkaline. 20% dari persentasi tadi dapat diambil dari makanan yang dimasak termasuk kecambah. Sari sayuran segar mengandung enzim2 aktif/hidup yang dapat diserap dengan mudah dan dapat mencapai titik selular dalam waktu 15 menit untuk memberi makan dan mempercepat pertumbuhan sel2 sehat. Guna memperoleh enzim2 aktif untuk membangun sel sehat, minumlah sari sayuran segar (hampir semua jenis sayuran, termasuk kecambah) dan makanlah sejumlah sayuran mentah 2-3 kali sehari. Enzim2 ini hancur pada temperature 40 derajat Celcius.
· Hindari kopi, teh dan coklat, karena mengandung kafein yang tinggi. The hijau lebih baik sebagai alternatifnya, dan mempunyai unsur2 yang memerangi cancer. Air, yang paling baik yaitu air yang sudah di saring (filtered) guna menhindari racun2 dan kandungan2 logam dalam air keran. Hindari air yang sudah melewati proses distilasi karena mengandung asam.
· Protein dari daging sulit untuk di cerna dan membutuhkan enzim pencerna yang cukup banyak. Kandungan daging yang tidak tercerna dan tertinggal di saluran pencernaan akhirnya akan membusuk dan menambah timbunan racun.
· Dinding sel2 kanker mempunyai selaput protein yang kuat. Dengan menghindari makanan mengandung daging, tubuh membutuhkan jauh lebih sedikit enzim untuk mencerna makanan, sehingga sebagian besar enzim dapat menyerang dinding protein pada sel2 cancer dan selanjutnya memungkinkan bagi sel2 tubuh untuk menghancurkan sel2 cancer.
· Beberapa suplemen menaikan system kekebalan tubuh (IP6, Floressence, Essiac, anti-oxidants, vitamins, mineral, EFAs dll) sehingga memungkinkan sel2 tubuh sehat untuk menghancurkan sel2 cancer. Suplemen lain seperti Vitamin E diketahui menyebabkan apoptosis, atau sel mati terprogram, yaitu metode natural dari tubuh untuk membuang sel2 yang rusak, yang tidak dikehendaki, atau tidak dibutuhkan.
· Cancer adalah penyakit yang melibatkan pikiran, tubuh dan jiwa. Jiwa yang proaktif dan positif akan membantu penderita cancer untuk sembuh. Kemarahan, tidak dapat memaafkan, dan kegetiran menjadikan tubuh dalam situasi yang tegang dan berkadar asam tinggi. Belajar untuk berjiwa lembut dan pemaaf. Belajar untuk bersantai dan menikmati hidup.
· Sel cancer tidak dapat berkembang dalam lingkungan yang tinggi oksigen. Berolahraga setiap hari dan menghirup nafas dalam2 dapat membantu asupan oksigen dalam tahap selular. Terapi oksigen juga salah satu cara yang digunakan untuk menghancurkan sel2 cancer.
Jangan menggunakan tempat plastic di microwave
1. Jangan memasukan botol air ke freezer
2. Jangan menggunakan 'plastic wrap' di microwave
Rumah Sakit John Hopkins baru-baru ini memasukkan berita ini di newsletters -nya. Informasi ini juga diedarkan di Walter Reed Army Medical Center .
Dioxin adalah jenis bahan kimia yang menyebabkan cancer, terutama cancer payudara. Dioxin juga berkadar racun tinggi bagi sel2 di tubuh kita.
Jangan membekukan botol plastik dengan air di dalamnya karena ini melepaskan kandungan dioxin yang terdapat dalam plastik.
Baru2 ini Dr. Edward Fujimoto, Wellness Program Manager di Rumah Sakit Castle, hadir di satu program televisi untuk menjelaskan bahaya kesehatan ini. Beliau menjelaskan sebaiknya tidak memanaskan makanan di dalam microwave menggunakan tempat plastik.
Terlebih untuk makanan yang mengandung lemak. Beliau juga mengatakan bahwa kombinasi lemak, panas tinggi dan plastic melepaskan dioxin ke dalam makanan yang akhirnya akan masuk ke dalam sel2 tubuh. Beliau menghimbau untuk memanaskan makanan di microwave dengan Corning Ware, Pyrex atau keramik. Produk kertas tidak begitu jelek namun kita tidak tau apa yang ada di kertas tersebut. Lebih aman menggunakan produk2 di atas. Dia mengingatkan kita bahwa beberapa waktu lalu restoran cepat saji beralih dari produk foam ke kertas. Hal ini juga disebabkan karena masalah dioxin.
Beliau juga mengungkapkan tentang plastic wrap seperti Saran, juga berbahaya untuk digunakan menutup makanan yang akan di panaskan dalam microwave. Panas yang tinggi dapat menyebabkan zat2 beracun meleleh dan menetes ke dalam makanan. Tutuplah makanan dengan paper towel (tissue dapur)
Kirimkanlah artikel ini ke semua orang penting di dalam hidup anda.

07 November 2007

Merayakan Natal dalam Sejarah

http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=347
24 Mei 2007 - 08:15 (Diposting oleh: ICRP)

Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Belakangan ini kata Christmas sering disingkat menjadi X’mas. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen dahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
Mengirim kartu ucapan kepada sanak-saudara dan teman-teman. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Lagu-lagu Natal, yang disebut carol, dinyanyikan dan didengarkan. Pohon cemara yang akrab disebut “Pohon Natal” sebetulnya berasal dari tradisi Barat. Pohon ini dihiasi lampu-lampu dan lingkaran daun-daunan dari pohon empat musim.
Tak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus. Kebanyakan orang Kristen memperingatinya pada tanggal 25 Desember. Ada beberapa sumber yang menjelaskan asal muasal kenapa Natal diperingati pada 25 Desember. Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.
Sumber lain mengatakan hari Natal ditetapkan jatuh pada tanggal 25 Desember pada abad ke 4 oleh kaisar Kristen pertama Romawi, Flavius Valerius Constantinus. Tanggal 25 Desember tersebut dipilih sebagai Natal karena bertepatan dengan kelahiran Dewa Matahari yang disembah oleh bangsa Romawi. Sebelumnya, orang-orang Kristen memperingati hari Natal pada tanggal 6 Januari. Tanggal 6 Januari ini masih dipakai sebagai sebagai hari Natal oleh orang-orang Kristen di Eropa Timur. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan pohon Natal.
Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai “Hari Raya Kafir” karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula.

Sejarah Natal
Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas (Lukas, 2:1-21) dan Santo Matius (Matius(1:18-25) dalam Perjanjian Baru. Dalam Al-Qur'an, kitab suci umat Muslim, kelahiran Yesus atau Nabi Isa dikisahkan dalam Sura ke 19, Sura Maryam.Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada. Cerita kelahiran Yesus telah diturunkan selama beberapa abad, berdasarkan kisah dalam Injil: Injil Matius dan Injil Lukas. Walau kedua Injil tersebut menekankan kejadian yang berbeda. Injil Markus dan Injil Yohanes tidak mencatat tentang masa kecil Yesus.
Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang malaikat bahwa dia telah mengandung dari Roh Kudus tanpa persetubuhan. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke rumah leluhur Yusuf, Betlehem, untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh kaisar Roma, Agustus. Karena tidak menemukan tempat menginap di kota itu, mereka membenahi sebuah tempat di sebuah kandang. Di sana Maria melahirkan dan meletakkan Yesus di palungan. Kelahiran Kristus di Betlehem Yudea, di kampung halaman Daud, leluhur Yusuf, memenuhi nubuat Yesaya.
Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan Tiga orang Bijak dari Timur -- yang diduga adalah Arabia atau Persia -- untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Ketiga orang bijak tersebut, yang disebut juga orang Majus atau raja, mula-mula tiba di Yerusalem dan melaporkan kepada Raja Yudea, Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat sebuah bintang, yang sekarang disebut Bintang Betlehem, menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, ketiga orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesir untuk menghindari pembunuhan oleh Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindari rasa benci dari raja Yudea baru (anak Herodes Arkhelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazaret.
Sisi lain dari cerita kelahiran Yesus yang disampaikan oleh kitab Injil adalah penyampaian berita itu oleh para malaikat kepada para gembala. Beberapa nyanyian Natal menyebutkan bahwa para gembala itu melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas kota Betlehem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarahwan telah berusaha menjelaskan gabungan sejumlah peristiwa angkasa yang dapat ditelusuri yang mungkin dapat menerangkan penampakan bintang raksasa yang tidak pernah dilihat sebelumnya itu, namun mereka tidak mencapai kesepakatan tentang hal ini.

Masa Adven
Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Xmas mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya.
Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal. Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Kebanyakan gereja juga mengadakan perayaan pada hari Natal. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal.

Tentang Sinterklas
Pada perayaan Natal, tokoh Sinterklas atau Santa Claus menjadi tokoh penting di luar peringatan kelahiran Yesus. Mengacu dalam tradisi Amerika, pada malam Natal, Sinterklas menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Dia lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Di banyak negara-negara Eropa dengan Santo Nikolas (populer disebut “Santa Claus” atau “Sinterklas”) sebagai lambang usaha untuk saling memberi yang tentunya tepat dengan perayaan Natal sesungguhnya yaitu menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin. Peringatan Natal secara tradisi merupakan saat untuk menghentikan segala macam pertempuran dan pertikaian.
Tokoh Santa Claus berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas.
Sekalipun asalnya dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. Orang Amerika memberikannya janggut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana ia membuat mainan sepanjang tahun.*

Donny Anggoro, diolah dari berbagai sumber.

01 November 2007

Bahan Pengajaran Sekolah Minggu GKSS

Rancangan Awal
A. Tujuan Penyelenggaraan Sekolah Minggu

Penetapan tujuan penyelenggaraan Sekolah Minggu (SM) GKSS sebagai pendekatan penyusunan Garis Besar Bahan Sekolah Minggu perlu mempertimbangkan pembagian kategori tingkatan/kelas berdasarkan usia anak yang berkaitan erat dengan perkembangan kognitif, moral/etika, iman dan ego sehingga mempengaruhi kemampuan anak belajar tentang Tuhan, Gereja, Alkitab dan orang lain/sesama.

B. Pembagian Kelas (Kategori Usia)
GKSS telah menetapkan penggolongan kategori Sekolah Minggu (SM) sebanyak 3 tingkatan/kelas yaitu: Anak Kecil, Anak Tanggung dan Remaja, akan tetapi dengan pertimbangan kekhasan kemampuan anak kami mengusulkan membagi dalam 4 tingkatan:
a. Anak kecil (1-5 tahun)
b. Anak Besar (6-8 tahun)
c. Anak Tanggung (9-11 tahun)
d. Remaja (12-16 tahun)

C. Tujuan Sekolah Minggu berdasarkan Penggolongan Kategori Usia
a. Anak kecil (1-5 tahun)
• Mengenal dan mengetahui cerita-cerita Alkitab yang sesuai dengan perkembangan mereka.
• Merasakan kenyamanan dan kesejahteraan penyertaan Tuhan melalui keluarga.
• Mengetahui dan menghargai sekolah minggu melalui cerita-cerita dan tokoh-tokoh dalam Alkitab
b. Anak Besar (6-8 tahun)
• Mengetahui dan merelasikan cerita-cerita Alkitab dengan dirinya
• Mengetahui dan memahami sekolah minggu sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk beraktifitas
c. Anak Tanggung (9-11 tahun)
• Menggali, memahami dan merelasikan cerita-cerita Alkitab dengan dirinya
• Menyadari dan memahami relasinya dengan Tuhan melalui keterlibatan dirinya dalam aktifitas gereja/SM.
d. Remaja (12-17 tahun)
• Memahami dan menghayati relasinya dengan Tuhan, gereja dan keputusan iman.
• Mencari, menggali dan memahami relasi cerita-cerita Alkitab dengan dirinya dan sesamanya yang ia kenal.
• Menyadari dan memahami tanggung jawab sebagai anggota gereja dan masyarakat.

D. Pokok-pokok Materi

1. Pemahaman tentang Tuhan
(1-5 thk Anak Kecil)
Yang dipahami adalah relasi dengan orang yang terdekat dengan dirinya. Kasih sayang dirasakan dan tidak memahami adanya relasi lain diluar itu. Konsep tentang Tuhan adalah relasinya dengan orangtua. Seiring bertambahnya usia konsep mengenai Tuhan berkembang melalui relasinya dengan orangtua. Ia lebih merasakan kasih orangtuanya dan sulit berpisah dengan mereka. Disitu kasih yang sesungguhnya terbentuk
6-8 tahun (Anak Besar)
Anak sangat tertarik pada kisah Yesus dan menyamakan diri dengan-Nya yang juga berkembang menjadi semakin besar. Melalui kisah Yesus relasi dengan Tuhan dipahami semakin mudah. Pada saat yang sama orangtua di rumah juga menolong merelasikan semua pengalaman hidup dengan Tuhan.
9-11 tahun
Umumnya anak suka pada penjelasan masuk akal dan nyata. Disadari dalam relasi Yesus dengan Tuhan ada rasa saling setia, sehingga ia mulai paham bahwa ia pun dapat membina relasi dengan Tuhan.

12-17 tahun (Remaja)
Saatnya anak memerlukan panutan yang dapat mereka kagumi. Para tokoh dalam Alkitab yang dikasihi oleh Tuhan karena relasinya yang baik.Cerita semacam ini sangat menolong Remaja dalam membentuk kualitas relasinya dengan Tuhan. Tuhan adalah pribadi yang berperan dalam hidupnya. Dia menjadi sahabat yang paling karib. Dilubuk hati remaja, ada komitmen dan loyalitas yang sangat mendalam terhadap Tuhan tempat ia menimba seluruh kepercayaannya. Pada tahap ini, Tuhan juga dipandang sebagai "Tuhan kelompok" atau "Tuhan kolekif" yang konvensional. Lewat Tuhan yang konvensional ini, remaja sanggup menyesuaikan diri dengan harapan dan penilaian orang serta kelompok yang sangat berharga baginya. Ia mereka terikat dengan Tuhan yang konvensional karena belum memiliki kemampuan batin untuk secara pribadi dan mandiri menyusun suatu gambaran tentang Tuhan berdasarkan gaya identitas diri yang mantap dan otonom, dan tidak tergantung sepenuhnya kepada orang lain.

2. Pemahaman tentang Gereja

(1-5 thk Anak Kecil)
Lebih membutuhkan rasa aman. Bila di gereja, berarti ada ruang khusus tempatnya bermain dan tidak merasa takut. Relasi dengan orang di gereja sangat tergantung pada apa yang mereka katakan dan perbuat. Seiring bertambahnya usia, mereka sedang berusaha lebih mandiri termasuk dalam mengikuti bimbingan dari orang-orang dewasa gereja. Merasa lebih aman bila aktif dengan anak seusianya . Gereja dipahami sebagai tempat yang aman dan bertemu dengan banyak orang lain yang saling mengasihi
6-8 tahun (Anak Besar)
Anak lebih mengamati gereja sebagai tempat yang aman dan ramah terhadapnya. Anak mengamati banyak pula kegiatan dilakukan di gereja, misalnya kebaktian, PA, perkunjungan, sekolah minggu, koor dan lain-lain. Ia mulai tahu bahwa semua kegiatan itu dilakukan karena kasih kepada Yesus. Mereka mulai mengamati tokoh-tokoh baik di gereja

9-11 tahun
Dalam usia ini, anak semakin sadar bahwa orang-orang di gereja memang mengasihi Yesus dan Tuhan. Akibatnya, mereka mulai suka diajak ikut serta dalam beberapa kegiatan, bersemangat untuk membantu bila diperlukan. Mereka pun mulai merasa sayang pada Yesus dan ingin melakukan sesuatu. Kegiatan yang bentuknya memberi, sangat menarik perhatian anak pada usia ini.

12-17 tahun (Remaja)
Pada usia ini mereka mengembangkan pemahaman bergereja dengan kemampuan menerima tanggung jawab dan ikut melayani. Remaja mulai belajar untuk memberikan loyalitasnya terhadap sesuatu yang menjadi bagian identitasnya (kelompok teman, ideologi atau agama yang dianutnya).Mereka merasa saatnya mewujudkan kesetiaannya pada gereja dan mengambil keputusan mengikut Yesus. Mereka sudah perlu diberi waktu menyampaikan usul dan pendapatnya.

3. Pemahaman tentang Alkitab
1-5 tahun (Anak Kecil)
Beberapa cerita Alkitab dapat dipilihkan untuk mereka. Cerita yang dipilih haruslah mengenai manusia atau hal yang nyata dan bukan yang abstrak. Alkitab dilihat sebagai benda yang dianggap penting oleh orang dewasa. Seiring bertambahnya usia, anak-anak masih menyukai cerita Alkitab ysng tokohnya dan dunianya tidak jauh dari dunia mereka. Mereka mulai paham bahwa dalam Alkitab ada cerita tentang Allah, Yesus dan orangtuanya, gereja menghargai sekali Alkitab. Ia pun belajar menghargainya.

6-8 tahun (Anak Besar)
Anak suka mendengarkan berbagai cerita Alkitab, mereka sudah semakin mampu menghubungkan cerita tersubut dengan pengalaman hidupnya sendiri. Mereka sudah bisa membaca dengan lebih baik. Cerita Alkitab dalam bahasa yang sederhana lebih dibutuhkan oleh mereka, agar selain membaca juga ada kebebasan menggali cerita Alkitab, bahkan mereka sering mengulang-ulang cerita yang disukai.
9-11 tahun
Tentu saja karena kemampuan bacanya sudah lebih baik, maka ia lebih banyak membaca bagian Alkitab dan sebaiknya anak sudah memiliki sendiri Alkitab sebagai milik pribadi. Menghafal banyak ayat yang bagus. Menemukan banyak tokoh dalam Alkitab, membacanya sendiri, dan merelasikannya dalam hidupnya.

12-17 tahun (Remaja)
Pada usia ini anak tidak saja merelasikan cerita Alkitab dengan kehidupannya sendiri, melainkan merelasikan dengan kehidupan orang lain yang ia kenal. Cerita Alkitab yang abstrak/simbol-simbol/perumpamaan sudah dapat mereka pahami dengan baik karena memasuki tahapan kematangan berpikir ilmiah.

4. Pemahaman tentang sesama
1-5 tahun (Anak Kecil)
Anak usia 0-3 tahun memusatkan segalanya pada dirinya saja. Sulit bagi mereka untuk berbagi dengan orang lain. Mereka pun bermain sendiri. Bermain bersama belum dipahami. Seiring bertambahnya usia (4-5tahun), mereka semakin banyak keluar rumah, untuk sekolah, sekolah minggu, berkunjung dengan keluarga. Temannya makin banyak, namun masih terpusat pada diri sendiri. Sekalipun demikian perlu dikembangkan bermain dengan anak lain, berbagi, bergiliran dan berpartisipasi.
6-8 tahun (Anak Besar)
Anak banyak mengamati panutan dalam jenis seks yang sama. Acapkali mereka meniru tingkah laku para orang dewasa itu. Sudah mulai bisa bekerja sama dengan teman sebaya walaupun tidak terlalu lama. Mereka belajar tentang apa yang benar dan yang salah. Juga mengikuti peraturan dalam berbagai permainan. Mereka mudah kasihan pada orang yang menderita dan memerlukan pertolongan.

9-11 tahun
Saat yang sangat penting mengembangkan rasa bekerja sama dengan teman sebaya. Barangkali berbagai kelompok minat dapat diselenggarakan di gereja untuk dapat mereka ikuti. Hal lain yang muncul, pengaruh orang lain bagi dirinya sangat kuat.Ia sedang dalam proses mencari identitas dirinya sendiri. Mereka membutuhkan dorongan dan contoh-contoh panutan yang dapat mempengaruhi mereka secara positif.

12-17 tahun (Remaja)
Pengaruh kelompok bagi remaja sangat kuat dan di pihak lain pengaruh orangtua masih tetap kuat juga. Kini perasaan tentang keadilan dan kebenaran sangat kuat muncul, dan sangat bersemangat membela keadilan. Karena itu model/panutan tokoh-tokoh Alkitab dan gereja serta masyarakat sangat diperlukan. Remaja mulai gemar memerhatikan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan orang dan memperhatikan tata kehidupan sosial untuk kepentingan ketertiban keamanannya sendiri. Mereka mulai memperhatikan kehidupan masyarakat. Fokusnya adalah etika atau moral untuk memelihara masyarakat.

Makassar, 29 Oktober 2007

31 Oktober 2007

Pembinaan Warga Gereja (GBKP)

http://www.gbkp.or.id/Pembinaan-Warga-Gereja-PWG.html

Pembinaan Warga Gereja (PWG)
Ditulis Oleh Humas GBKP
Sabtu, 07 Juli 2007

Semua pelayanan gereja adalah pembinaan warga gereja agar mampu melaksanakan tugas panggilan Tuhan. Pembinaan merupakan usaha gereja untuk mendewasakan warga gereja, agar melalui proses belajar dan mengalami perubahan diri yang terus menerus, warga gereja mau dan mampu bersaksi, bersekutu dan melayani di tengah-tengah gereja dan masyarakat. Melalui pembinaan yang terencana dan terus menerus, warga gereja dapat menjadi panutan dan dapat:
1. Berperan aktif menyatakan kesaksiannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui talenta dan profesi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. (Bidang Kesaksian).
2. Berperan aktif dalam kehidupan berjemaat (Bidang Persekutuan).
3. Berperan aktif dalam pelayanan kasih (Diakonia) dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat.
Kenyataan yang nampak dalam jemaat bahwa warga gereja belum semua mampu berperan aktif dalam pelayanan ditengah-tengah gereja, masyarakat dan negara. Pembinaan yang terarah dan terencana belum menjangkau anggota jemaat secara merata. Pembinaan yang terpadu juga belum dapat berjalan maksimal yang dilakukan oleh Pusat Pembinaan Warga Gereja dan PWG-PWG di Klasis dan Jemaat (Runggun). Pembinaan masih bersifat sektoral menurut badan/unit pelayanan masing-masing, seperti oleh unit/badan pelayanan kesaksian, persekutuan atau pelayanan (diakonia). Untuk lima tahun kedepan, pembinaan warga gereja akan dilaksanakan lebih terarah, terencana, dan terpadu oleh PPWG dan seksi-seksi PWG di Klasis-Klasis dan di Jemaat-Jemaat (Runggun-Runggun), dan bidang-bidang pelayanan lainnya menurut wilayah pelayanan.

Agar usaha pembinaan mencapai sasaran, maka dibuat program dan sarana yang akan dilaksanakan oleh PWG Sinode, Klasis dan Majelis (Runggun) sebagai berikut:
1. Mengadakan seminar dalam rangka menyatukan visi dan missi serta menentukan masalah, melihat potensi, peluang dan menentukan prioritas program jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
2. Mengadakan pelatihan kepada Pelayan Khusus Penuh Waktu (PKPW) agar mampu menjadi pelatih-pelatih pembinaan warga gereja di klasis-klasis atau di jemat-jemaat.
3. Mempersiapkan materi-materi pembinaan sesuai dengan wilayah pelayanan (Sinodal, Klasis dan Majelis/Runggun).
4. Mengadakan pembinaan kepada pelayan khusus dengan topik-topik seperti (Panggilan menjadi pelayan khusus).
5. Lokakarya pekabaran injil masa kini, pelatihan pekabaran injil, seminar budaya, dialog antar agama. (bidang kesaksian).
6. Pelatihan berkhotbah, pelatihan perkunjungan rumah tangga, pelatihan menjadi guru katekisasi (bidang persekutuan).
7. Lokakarya theologia diakonia masa kini, penyuluhan hukum, seminar sosial ekonomi, penyuluhan pertanian, diskusi politik (bidang diakoni).
8. Kepemimpinan gereja, tata gereja GBKP, GBP 2005 – 2010, theologi persembahan, administrasi gereja.
9. Melaksanakan pembinaan-pembinaan kepada warga gereja secara umum dengan topik-topik seperti: Theologia GBKP, Penjemaatan Tata Gereja GBKP, Persembahan, Keluarga Bahagia, Gereja dan Adat/Budaya, Globalisasi.
10. Mengadakan pembinaan kategorial profesi.
11. Melengkapi sarana-sarana pembinaan di semua wilayah pelayanan (Sinode, Klasis dan Majelis/Runggun) seperti gedung pertemuan dan peralatan-peralatan yang mendukung usaha pembinaan.
12. Membuat program pembinaan “satu atap” dengan Biro PWG sehingga pembinaan dapat dilakukan secara terarah dan terpusat. Serta kedepannya dapat dibuat paket program pembinaan.

Kurikulum Katekisasi GPIB

ehttp://geocities.com/gpibimmanueldepok/kur_katek.htm


Kurikulum Katekisasi GPIB

Salah satu kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh GPIB ialah Katekisasi bagi warga jemaatnya.Persidangan Sinode XIV GPIB tahun 1986 telah menetapkan Kurikulum Katekisasi GPIB. Kurikulum ini disesuaikan dengan Pemahaman Iman GPIB yang juga ditetapkan pada PS XIV. Pada tahun 1991 dapatlah dirampungkan Kurikulum Katekisasi tersebut dan diterbitkan dengan judul Bahan Pelajaran Katekisasi (Buku I dan Buku II). Pelajaran Katekisasi berdasarkan kurikulum senantiasa dievaluasi oleh Majelis Sinide untuk perbaikan/peningkatan. Hasilnya adalah seperti yang diutarakan di bawah ini dan akan ditetapkan pada Persidangan Sinode XVIII tahun 2005.
Katekisasi Sidi merupakan salah satu wadah Pembinaan Warga Gereja (PWG) yang strategis. Sebab melalui wadah ini gereja memperlengkapi warganya, khususnya calon sidi gereja agar mereka memiliki pemahaman iman yang benar kepada Tuhan Yesus Kristus dan siap untuk melaksanakan panggilan dan pegutusan gereja di tengah-tengah pergumulan masyarakat dan bangsa Indonesia dan dunia umumnya.
Bahan pelajaran terdiri dari 7 (tujuh) Pokok Bahasan yang mengacu kepada Pemahaman Iman GPIB dan Tujuan Pembelajaran Umum untuk setiap Pokok Bahasan. Setiap Pokok Bahasan terdiri dari beberapa Sub Pokok Bahasan dan Tujuan Pembelajaran Khusus. Ketujuh Pokok Bahasan tersebut adalah : ALKITAB-KESELAMATAN-GEREJA-MANUSIA-ALAM DAN SUMBER DAYA-BANGSA DAN NEGARA-MASA DEPAN

Alkitab ditempatkan sebagai Sub Pokok Bahasan pertama karena :
Alkitab (perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) merupakan sumber Ajaran Kristen
Sebelum katekumen memahami ajaran gereja (GPIB) tentang Keselamatan, Gereja, Manusia, Alam dan Sumber Daya, Bangsa dan Negara,dan Masa Depan, katekumen terlebih dahulu dibimbing untuk memahami Alkitab (PA dan PB)
Firman Allah sebagai pokok terakhir dalam Pemahaman Iman GPIB tidak menjadi pokok bahasan tersendiri tetapi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pokok bahasan tentang Alkitab.
Evaluasi Hasil Kegiatan Belajar Mengajar diadakan sebanyak 4 (empat) kali dan merupaka kumulasi dari Hasil Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar beberapa Sub Pokok Bahasan.

Masa belajar :
Kurikulum Katekisasi ini berisikan 36 kali pertemuan (tatap muka). Pertemuan ke-1 (Pertemuan Awal) adalah pertemuan antara para pembina katekisasi sidi dengan peserta katekisasi (katekumen) dan orang tua mereka untuk menjelaskan apa itu Katekisasi Sidi dan segala yang terkait dengan pelaksanaan katekisasi sidi termasuk kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap katekumen dan orang tua.
Pertemuan ke-36 (Pertemuan Akhir) antara para pembina katekisasi sidi dengan katekumen dan orang tua untuk menjelaskan apa itu retreat yang harus diikuti oleh setiap katekumen sebelum mereka mengikuti peneguhan sidi dan segala yang terkait dengan retreat tersebut dan Hasil Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Setiap katekumen wajib mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar sebanyak 30 kali pertemuan dengan catatan : toleransi terhadap ketidak hadiran Katekumen dalam Kegiatan Belajar Mengajar karena izin, sakit, dan lain-lain, adalah sebanyak 6 (enam) kali pertemuan. Itu berarti Katekumen yang tidak mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar sebanyak 30 kali pertemuan , tidak diperbolehkan untuk mengikuti Peneguhan Sidi.
Katekumen yang tidak diperbolehkan mengikuti Peneguhan Sidi karena tidak mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar sebanyak 30 kali pertemuan, akan diberi kesempatan untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar secara lengkap supaya dapat diikut sertakan dalam Peneguhan Sidi.

Pembina :
Sebagai Pembina Utama Katekisasi Sidi adalah Pendeta / Ketua Majelis Jemaat
Pembina Utama dibantu oleh Tim Pembina yang terdiri dari :
Pendeta yang bukan Ketua Majelis Jemaat
Pendeta GPIB dalam Pelayanan Umum
Pendeta GPIB yang telah Emiritus
Penatua / Diaken yang memiliki kemampuan sebagai Pembina Katekisasi Sidi
Warga Sidi Jemaat yang memiliki kemampuan sebagai Pembina Katekisasi Sidi
Para calon Pembina harus memiliki Sertifikat sebagai Pembina Katekisasi Sidi yang diadakan oleh Majelis sinode GPIB atau Mesyawarah Pelayanan (Mupel) Jemaat-Jemaat GPIB

Sebelum Kegiatan Belajar Mengajar dimulai , Pembina Utama bersama Tim Pembina mengadakan pertemuan untuk membicarakan Kegiatan Belajar Mengajar bersama Katekumen dan Evaluasi Hasil Kegiatan Belajar Mengajar termasuk menyiapkan Satuan Pelajaran.

Evaluasi :
Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar para Katekumen mencakup :
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Psikomotorik
Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar dilakukan sebagai berikut :
Akhir dari setiap Sub Pokok Bahasan (Test Formatif)
Akhir dari beberapa Sub Pokok Bahasan
Akhir dari seluruh Kegiatan Belajar Mengajar (Test Sumatif)
Pembina Utama dan Tim Pembina membahas Hasil Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar utuk menentukan KELULUSAN Katekumen untuk mengikuti Peneguhan Sidi.

Konteks :
Kurikulum Katekisasi Sidi ini diperuntukkan bagi warga jemaat GPIB di semua wilayah pelayanan GPIB (kota besar sampai pedesaan) yang berusia 16 tahun ke atas dan belum menjagi warga sidi Gereja.

Tujuan :
TUJUAN INSTITUSIONAL (VISI) GPIB
TUJUAN KURIKULER (KATEKISASI) :
Memperlengkapi warga gereja (GPIB)
menjadi warga sidi ereja yang bertanggung jawab,
dengan bekal pengetahuan Alkitab (PL dan PB) yang cukup,
pemahaman yang benar tentang Firman Allah yang diberitakan melalui Alkitab,
dan pemahaman iman yang benar kepada Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Alkitab,
serta siap dan terampil untuk berperan sebagai saluran keselamatan (menjadi saksi Kristus) di tengah - tengah pergumulan masyarakat dan bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya.


Bahan Pelajaran Katekisasi (Buku Kuning dan Buku Oranye)

KESELAMATAN

Ketritunggalan Allah
Allah Bapa
Yesus Kristus
Roh Kudus
Sakramen

GEREJA

Panggilan dan Pengutusan Gereja
Penyelenggaraan Gereja
Sejarah Gereja Umum
Sejarah Gereja Indonesia
Sejarah GPIB
PGI dan Gerakan Keesaan
Gereja dan Ajaran Sesat

MANUSIA

Manusia bertanggung-jawab
Manusia makhluk berdosa

ALAM DAN SUMBER DAYA

Sumber daya alam
Sumber daya insani

NEGARA DAN BANGSA

Hubungan Gereja dan Negara
Gereja dan Pancasila (warga negara bertanggung jawab
Pergaulan muda mudi
Nikah sebagai kehendak Tuhan
Nikah Negara
Nikah campuran
Kerukunan nasional

MASA DEPAN

Penyelamatan Allah dalam dan melalui manusia
Pengharapan Kristen
Hari Tuhan


FIRMAN ALLAH

Alkitab dan Firman Allah
Dasa Titah
Doa Bapa KamiPengakuan Iman Kristen
Pemahaman Iman

***

95 Dalil Luther

http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-s-95-theses-95-dalil-luther-vt1174.html

Bantahan Dr. Martin Luther Mengenai Pertobatan dan Surat Pengampunan Dosa

Dengan keinginan dan tujuan untuk menguraikan kebenaran, perdebatan akan diadakan di Wittenberg berdasarkan pernyataan yang disetujui di bawah kepemimpinan Bapa Martin Luther, rahib Ordo St. Agustinus, Master of Arts and of acred Theology, dosen Universitas Wittenberg. Selain itu, ia meminta kepada orang yang tidak bisa hadir dan meakukan diskusi dengan kami secara lisan ten tang topik itu supaya melakukannya melalui surat untuk menggantikan ketidakhadiran mereka. Dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan "Bertobatlah," dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan.
2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.
3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.
4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga.
5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan.
6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.
7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya.
8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.
9. Oleh karena itu Roh Kudus berkarya da1am diri Paus me1akukan hal yang baik bagi kita, sejauh da1am keputusannya, Paus se1a1u membuat perkecualian terhadap aturan ten tang kematian dan nasib seseorang.
10. Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus orang yang sekarat, mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.
11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.
12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan sebe1um pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati.
13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.
14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.
15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan.
16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya keputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.
17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih meningkat.
18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih.
19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut.
20. Oleh karena itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa, melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri.
21. Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan kesalahan.
22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api penyucian.
23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang.
24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.
25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri, secara khusus.
26. Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini), meLainkan dengan doa syafaat.
27. Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan gila.
28. Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi doa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata.
29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?
30. Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri, terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya.
31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya, sangat jarang.
32. Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa, mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.
33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.
34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.
35. Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin Kristen.
36. Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
37. Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
38. Namun, pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya katakan, merupakan pernyataan pengampunan dosa dari Allah.
39. Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang paling sulit, bahkan juga untuk teolog yang paling terpelajar sekalipun.
40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.
41. Pengampunan dosa apostolikharus dinyatakan dengan penuh hati-hati,jika tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.
42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia.
43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa.
44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadi lebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman.
45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan dosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka Allah.
46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan.
47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya.
48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan pengampunan, memiliki kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan.
49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.
50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang domba-dombanya.
51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang.
52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak, bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka.
53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus dan Paus.
54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbah yang sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.
55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni; Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar, seharusnya diberitakan dengan ratusan bel, ratusan prosesi, dan ratusan seremoni.
56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat Kristus.
57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan semen tara; sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis, tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa.
58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian, dan neraka bagi manusia lahiriah. 59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya.
60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja, yang diserahkan melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu. 61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya.
62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.
63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian.
64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.
65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya.
66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan orang.
67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang berkaitan dengan meningkatnya keuntungan.
68. Namun, dalam kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih karunia Allah dan kesalehan karena salib.
69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan dengan segala kehormatannya.
70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus.
71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk.
72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.
73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan.
74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalih surat pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.
75. Berpikir bahwa sur at pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.
76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.
77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar, merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.
78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu, InjiI, kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana tertulis (1 Korintus XII.9.)
79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa yang sama dengan salib Kristus, merupakan penghujatan.
80. Uskup, imam, dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat, harus memberikan pertanggung-jawaban.
81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaumawam.
82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele?"
83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?"
84. Sekali lagi: "Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"
85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku?" 86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin?"
87. Sekali lagi: "Apa yang diampuni at au dianugerahkan Paus kepada orang-orang, yang dengan penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak untuk mendapatkan pengampunan dan berkat yang sempurna?
88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan peng¬ampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"
89. Oleh karen a keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan dosa yang diberikan sejak lama karen a keduanya sama-sama manjur?
90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-rnusuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang.
91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah - tidak, bahkan tidak akan ada.
92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Damai, damai," dan tidak ada damai!
93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Salib, salib," dan tidak ada salib!
94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka melalui penderitaan, kematian, dan neraka.
95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu.

PERNYATAAN
Saya, Martin Luther, Doktor, dari Ordo Rahib di Wittenberg, ingin menyatakan di depan umum bahwa dalil tertentu menentang sur at pengampunan dosa Paus, sebagaimana mereka menyebutnya, te1ah saya cetuskan. Meskipun demikian, sampai saat ini, tidak ada aliran kita yang paling terkenal dan termasyhur, ataupun kekuatan sipil dan keimaman telah mengecam saya, tetapi seperti yang saya dengar, ada beberapa orang yang memiliki sikap tidak berpikir panjang dan lancang, yang berani mengatakan bahwa saya bidat, seolah-olah masalah ini sudah diamati dan dipelajari dengan teliti. Namun, menurut saya, seperti yang sudah saya lakukan sebelumnya, demikian juga sekarang, saya memohon kepada semua orang dengan iman Kristus, agar menunjukkan kepada saya jalan yang lebih baik, jika jalan yang semacam itu sudah dinyatakan Allah kepadanya, atau paling tidak untuk memberikan pendapat mereka ten tang penilaian Allah dan gereja. Sebab saya tidak begitu terburu-buru untuk berharap bahwa pendapat saya semata yang lebih disukai daripada pendapat semua orang lain, atau tidak bodoh sehingga bersedia membiarkan firman Allah dijadikan dongeng yang direkayasa oleh penalaran manusia.

--------
Disalin dari :
John Foxe, Foxe's Book of Martyrs, Kisah Para Martir tahun 35-2001, Andi, 2001, p. 327- 335

30 Oktober 2007

Waktu bagai roda atau garis ?

http://danielharahap.blogs.friendster.com/my_blog/pembinaan_warga_gereja/index.html
WAKTU
PEMBINAAN WARGA GEREJA
Bahan: Mazmur 90:10-12, Pengkotbah 3:1-2, Pengkotbah 12:1, Yesaya 46:4, Markus 1:15, Efesus 5:16, Kolose 4:5, I Petrus 4:7, Roma 13:11-12, Yohanes 9:4, I Petrus 1:24-25, Amsal 10:5, Amsal 15:23, Amsal 17:17, Mazmur 34:2, Mazmur 92:2-3

WAKTU BAGAI RODA ATAU GARIS?
Banyak orang khususnya di jaman agraris suka melukiskan waktu bagaikan roda yang berputar tak henti-hentinya. Pagi, siang, sore dan malam datang dan pergi silih-berganti. Musim menanam dan musim menabur terus berulang. Waktu bersifat sirkuler (dari kata cyrcle) atau melingkar membentuk rutinitas, kebiasaan, dan ketenteraman. Konsepsi Alkitab (dan juga masyarakat jaman industri dan informatika) tentang waktu berbeda. Alkitab melukiskan waktu lebih mirip sebuah penggaris (belebas, ruler) atau perjalanan anak panah yang sedang melesat menuju titik sasarannya. Artinya waktu itu bergerak maju dan terus maju, dan bagi orang beriman pada akhirnya berhenti. Dengan kata lain: linear dan memiliki limit (garis yang mempunyai batas).
Apakah konsekuensi dari konsepsi waktu yang berbeda itu? Bagi orang-orang yang memahami waktu seperti roda (sirkuler) maka cenderung melihat kehidupan sebagai suatu rutinitas atau perulangan belaka (pagi, siang, sore, dan malam). Apa yang ada pada hari ini, sebenarnya sudah terjadi di waktu yang lampau, dan akan terjadi lagi di hari esok. Kemarin, hari ini dan esok sebenarnya sama saja. Masa lalu, masa kini dan masa depan sulit dibedakan. Sebab itu dalam konsepsi waktu seperti roda (sirkuler) boleh dikatakan tidak ada kemajuan, perubahan dan pembaharuan. Sebab itu juga tidak perlu ada yang dikejar atau diburu. Besok atau lusa kan masih ada. Lagi pula besok atau lusa itu toh sama saja dengan kemarin dan hari ini. Hidup berjalan dengan santai dan tenang.
Sebaliknya bagi orang-orang yang memahami dan menghayati waktu ibarat garis berujung atau “panah yang melesat menuju sasarannya” maka kehidupan merupakan suatu gerak maju. Kemarin, hari ini dan besok adalah hal yang berbeda. Masa lalu, masa kini dan masa depan adalah tidak sama. Tiap-tiap waktu merupakan tahapan yang lebih maju sampai pada ujungnya kelak. Manusia tidak dapat kembali ke belakang dan hanya punya pilihan maju ke depan. Waktu yang sudah dilalui tidak dapat diulangi. Namun Waktu yang belum terjadi dapat disongsong. Sebab itu orang-orang yang memahami waktu linear dgn limit mengusahakan kemajuan, perubahan dan pembaharuan. Tiap-tiap tahapan waktu dianggap sebagai kesempatan atau momentum (kairos) yang tidak dapat diulangi lagi. Apa yang sudah berlalu tidak bisa diulangi namun dapat dikenang & harus dipertanggungjawabkan. Namun apa yang akan datang bisa disambut dengan penuh gairah dan semangat.

WAKTU TIDAK BISA DIDAUR ULANG
Alkitab mengatakan usia manusia tujuh puluh sampai delapan puluh tahun (Mazmur 90:10-12). Selanjutnya Alkitab mengatakan “setiap hari kita semakin dekat dengan ujung kehidupan kita, kematian pribadi atau kedatangan Kristus” (Pengkotbah 3:1-2, I Petrus 4:7). Itu artinya waktu kita di dunia ini sebenarnya sangat terbatas sekali. Jika kita memahami dan menghayati waktu itu sumber daya (seperti minyak, air, angin) maka waktu itu adalah sumber daya yang tidak bisa didaur ulang. Sebab itu nilainya atau harganya sangat tinggi. Itu artinya kita baik juga membayangkan Stop Watch kehidupan kita yang sudah disetel oleh Tuhan dan suatu saat akan berhenti.
Berhubung kita tidak bisa menambah umur kita maka dapat dibayangkan harga yang kita bayar dengan menghabiskan setahun kehidupan kita dengan hal-hal yang percuma. Itu artinya kita ditantang untuk menggunakan waktu kehidupan ini hanya untuk hal-hal yang paling penting, membahagiakan dan bernilai bagi kehidupan kita. Apa sajakah hal-hal yang paling penting, membahagiakan dan bernilai itu? Itu artinya kita disadarkan bahwa setiap saat (tahun, bulan, minggu, hari dan jam) kehidupan kita adalah Prime Time (waktu yang sangat mahal), kesempatan, peluang dan momentum yang harus dimanfaatkan atau dinikmati untuk menciptakan hidup yang paling membahagiakan.

KITA PERLU KALENDER
Konsepsi tentang waktu linear dengan limit menantang manusia mengembangkan berbagai hal perhitungan tentang waktu. Salah satu adalah kalender atau penanggalan. Sangat menarik untuk menyadari bahwa nenek moyang kita orang Batak yang memahami waktu seperti roda tidak memiliki kalender atau penanggalan. Orang Batak kuna memang punya nama bulan dan hari dan jam, namun sama sekali tidak punya nama tahun (sebab itu juga tidak perlu sejarah?). Kalender diperlukan karena kita memahami waktu itu maju (meningkat) menuju akhirnya. Jika kita sudah sampai ke tahun 2006 artinya kita harus bergerak lagi menuju 2007 seterusnya. Jika kita sudah berumur 40 maka kita harus bergerak ke umur 50 dan seterusnya. Kalender internasional itu sebenarnya bukan hanya mau menunjukkan pembagian hari, minggu dan bulan tetapi terutama pertambahan tahun.
Pemahaman waktu orang beriman itu semakin menantang karena kita tidak tahu kapan persisnya ujung waktu kehidupan itu secara individual (kematian kita) dan secara universal (kedatangan Kristus kedua kalinya). Alkitab mengatakan tidak seorang yang tahu tentang ujung waktu itu (Mat 24:36). Lantas bagaimana? Itu artinya kita ditantang untuk membayangkan ujung kehidupan itu, dan lantas menarik garis mundur dari sana. Orang yang menganggap waktunya sudah dekat (misalnya para lansia) tentu “malas” untuk berpikir jauh ke depan. Tetapi sebaliknya orang yang menganggap ujung waktunya masih jauh (para remaja) tentu “antusias” untuk merancang masa depan. Menarik untuk didiskusikan: jika ada lansia yang berpikir sangat jauh dan sebaliknya remaja yang berpikir sangat pendek.

KOMPAS DAN JAM
Karena itulah diskusi tentang manajemen waktu bukan sekedar bagaimana agar efisien tetapi terutama agar sampai ke tujuan. Seorang ahli mengatakan bahwa kita tidak hanya membutuhkan jam tetapi juga kompas. Misalnya kita menginginkan sampai ke puncak Gunung persis matahari terbit. Tidak ada gunanya kita memburu waktu jika ternyata kita ada di arah yang salah. Karena itu pemahaman tentang waktu mau mengusik kita dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat sederhana namun sering dielakkan banyak orang: Apakah tujuan hidupku? Apakah sasaran-sasaranku dua puluh tahun ke depan? Apa sasaranku tiga tahun ke depan? Apa sasaranku sampai akhir tahun 2006 ini? Apakah aku sekarang sedang di jalan yang mengarah kepada tujuan dan sasaran hidupku itu?
Dari tujuan dan sasaran di masa depan itulah kita melihat keberadaan kita di masa sekarang. Dengan kata lain: tujuan dan sasaran (konkret) di masa depan itulah yang menarik kita bergerak ke sana. Tanpa tujuan dan sasaran itu mungkin kita hanya berputar-putar saja, jalan di tempat, sibuk dan pusing sendiri tanpa tujuan.

WAKTU: KESADARAN dan SIKAP PRIBADI TERHADAP KEHIDUPAN
Waktu tidak bisa dilihat dan diraba, namun hanya bisa dibayangkan dan dirasakan. Sebab itu diskusi tentang waktu bukan hanya untuk menambah pengetahuan kognitif, tetapi terutama membangun kesadaran dan sikap pribadi tentang makna kehidupan. Apakah dan bagaimanakah aku membuat hidupku sungguh-sungguh bermakna?

Renungan dan Diskusi:
a. Apakah dan bagaimanakah penghayatan dan pemahaman pribadi (yang sungguh-sungguh dilakukan dalam diri) Anda tentang waktu? Apakah hal itu sesuai dengan konsepsi Alkitab tentang waktu?
b. Apakah tujuan dan sasaran hidup pribadi Anda? Apakah Anda menuliskankannya? Apakah Anda selalu memeriksanya (sebab jika tidak dituliskan hal itu tak lebih sebuah khayalan)
c. Apa dan bagaimanakah cara yang paling efektif untuk mengajar dan mendidik anak-anak tentang WAKTU?
(Pdt Daniel T.A. Harahap)

29 Oktober 2007

Salam

Apa kabar teman-teman Tim Kerja bersama Oase?
Jangan lupa pertemuan 10 November.
Salam dari NTI/ Ketilang

Konsep Garis Besar Katekisasi GKSS

Tujuan
Bahan Katekisasi ini disusun dengan pendekatan tujuan penyelenggaraan katekisasi. Katekisasi dalam GKSS bertujuan memperlengkapi calon warga sidi jemaat untuk:
(1) menghayati (memahami dan menjalani) apa artinya menjadi seorang yang beragama Kristen.
(2) siap menjalankan fungsi sebagai seorang warga sidi jemaat, termasuk panggilan untuk menerima tugas sebagai anggota Majelis Gereja.
(3) menghayati apa artinya menjadi warga gereja pada umumnya, khususnya warga GKSS.
(4) menghayati tanggungjawab sebagai warga masyarakat.

Pembagian Isi Perlajaran
Sesuai dengan tujuan itu, Garis Besar Bahan Katekisasi ini dibagi atas empat bagian sebagai berikut:
(1) Mengenai agama Kristen
(2) Iman dan Pelayanan Kristen
(3) Kelembagaan Gereja, khususnya GKSS
(4) Panggilan Kristen dalam Masyarakat
Keseluruhan bahan disusun untuk pembelajaran selama kurang lebih enam bulan (minimal 24 pertemuan).

Metode Pembelajaran
Ada berbagai metode pembelajaran, juga dalam penyelenggaraan katekisasi. Metode yang lazim yakni "metode ceramah" (guru menyampaikan isi pelajaran secara lisan di dalam kelas secara satu arah) umumnya masih sering dilakukan tetapi tidak dianjurkan menjadi satu-satunya metode. Perlu ada interaksi antara guru dan siswa sedemikian sehingga berlangsung dinamika kelompok. Perlu ketrampilan guru untuk menyampaikan bahan sehingga menarik, misalnya disertai contoh-contoh nyata dari kehidupan yang lazim bagi masyarakat setempat; atau dengan mendiskusikan kasus-kasus yang terkait dengan bahan. Contoh-contoh dari Alkitab juga penting dikemukakan. Bermain peran (role play) bisa pula dilakukan, misalnya dalam bentuk percakapan menyangkut suatu masalah yang perlu pemecahan. Usahakan supaya pada setiap pelajaran ada waktu untuk memperkenalkan salah satu nyanyian yang lazim dipakai dalam GKSS.

Penekanan
Berbeda dengan masa lalu, katekisasi masa kini tidak lagi membina sikap Kristen yang fanatik, tertutup atau bersikap negatif terhadap agama atau aliran lain. Prinsip-prinsip dialog dan "toleransi" antar penganut agama serta semangat ekumenis dalam kalangan gereja yang berbeda-beda dikedepankan. Tetapi sama dengan masa lalu, pembinaan diarahkan untuk menghidupkan semangat iman Kristen yang menyala-nyala dalam diri siswa. Pelajaran katekisasi (dan Sekolah Minggu sebelumnya) bermuara pada sidi (=pengakuan), yakni keputusan pribadi untuk beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tentu saja juga dalam pelajaran ini kecintaan dan kebanggaan terhadap gereja sendiri (dhi GKSS) juga perlu dimantapkan.

Pembagian Penyajian
Pelajaran 1 - 4 Mengenai agama Kristen
5 - 9 Mengenai Iman Kristen
10 - 16 Mengenai Panggilan Kristen
17 - 22 Mengenai Kelembagaan Gereja (GKSS)
23 - 25 Mengenai Agama-agama


Pokok-pokok Materi
1
Sejarah lahirnya Gereja
Persekutuan baru terbentuk oleh pemberitaan para murid mengenai Yesus yang disalibkan dan dibangkitkan.
2
Alkitab sebagai Kitab Suci
Mengenal Alkitab, PL dan PB, sebagai sumber kebenaran iman dan kehdiupan Kristen
3
Peribadahan Gereja
Doa, Nyanyian, Liturgi, Pelayan Firman
4
Sakramen
Baptisan, Perjamuan
5
Iman Kristen: Yesus Juruselamat
Kehidupan dan keselamatan
6
Iman Kristen: Allah Tritunggal
Penciptaan, Penebusan dan Pengudusan
7
Hukum Kasih
10 Hukum dan ringkasanny (Mt 22:37-40)
8
Persekutuan Kristen
Gereja sebagai persekutuan dalam Tuhan dan dengan sesama yang diwujudkan dalam panggilan beribadah, bersaksi dan melayani
9
Pengharapan Kristen
Kerajaan Allah dan Penggenapannya
10
Panggilan Kristen (1)
Kesaksian Injil
11
Panggilan Kristen (2)
Perkawinan & Kekudusan hidup
12
Panggilan Kristen (3)
Menghadapi tradisi dan budaya tradisional
13
Panggilan Kristen (4)
Pelayanan Sosial
14
Panggilan Kristen (5)
Pembaruan Masyarakat
15
Panggilan Kristen (6)
Partisipasi Politik
16
Panggilan Kristen (7)
Memelihara Alam
17
Gereja (1)
Empat ciri dasar gereja (pengakuan, Alkitab, sakramen, pelayanan)
18
Gereja (2)
Sistem organisasi gereja (presbiterial sinodal)
19
Gereja (3)
Susunan organisasi gereja (jemaat, klasis, sinode)
20
Gereja (4)
Pokok-pokok ajaran GKSS
21
Gereja (5)
Pemahaman dan hubungan ekumenis
22
Gereja (6)
Sejarah GKSS
23
Agama-agama
Perbedaan dan persamaan agama-agama
24
Agama-agama
Kebebasan Beragama
25
Agama-agama
Hidup bersama dalam damai dan saling menghormati