30 Oktober 2007

Waktu bagai roda atau garis ?

http://danielharahap.blogs.friendster.com/my_blog/pembinaan_warga_gereja/index.html
WAKTU
PEMBINAAN WARGA GEREJA
Bahan: Mazmur 90:10-12, Pengkotbah 3:1-2, Pengkotbah 12:1, Yesaya 46:4, Markus 1:15, Efesus 5:16, Kolose 4:5, I Petrus 4:7, Roma 13:11-12, Yohanes 9:4, I Petrus 1:24-25, Amsal 10:5, Amsal 15:23, Amsal 17:17, Mazmur 34:2, Mazmur 92:2-3

WAKTU BAGAI RODA ATAU GARIS?
Banyak orang khususnya di jaman agraris suka melukiskan waktu bagaikan roda yang berputar tak henti-hentinya. Pagi, siang, sore dan malam datang dan pergi silih-berganti. Musim menanam dan musim menabur terus berulang. Waktu bersifat sirkuler (dari kata cyrcle) atau melingkar membentuk rutinitas, kebiasaan, dan ketenteraman. Konsepsi Alkitab (dan juga masyarakat jaman industri dan informatika) tentang waktu berbeda. Alkitab melukiskan waktu lebih mirip sebuah penggaris (belebas, ruler) atau perjalanan anak panah yang sedang melesat menuju titik sasarannya. Artinya waktu itu bergerak maju dan terus maju, dan bagi orang beriman pada akhirnya berhenti. Dengan kata lain: linear dan memiliki limit (garis yang mempunyai batas).
Apakah konsekuensi dari konsepsi waktu yang berbeda itu? Bagi orang-orang yang memahami waktu seperti roda (sirkuler) maka cenderung melihat kehidupan sebagai suatu rutinitas atau perulangan belaka (pagi, siang, sore, dan malam). Apa yang ada pada hari ini, sebenarnya sudah terjadi di waktu yang lampau, dan akan terjadi lagi di hari esok. Kemarin, hari ini dan esok sebenarnya sama saja. Masa lalu, masa kini dan masa depan sulit dibedakan. Sebab itu dalam konsepsi waktu seperti roda (sirkuler) boleh dikatakan tidak ada kemajuan, perubahan dan pembaharuan. Sebab itu juga tidak perlu ada yang dikejar atau diburu. Besok atau lusa kan masih ada. Lagi pula besok atau lusa itu toh sama saja dengan kemarin dan hari ini. Hidup berjalan dengan santai dan tenang.
Sebaliknya bagi orang-orang yang memahami dan menghayati waktu ibarat garis berujung atau “panah yang melesat menuju sasarannya” maka kehidupan merupakan suatu gerak maju. Kemarin, hari ini dan besok adalah hal yang berbeda. Masa lalu, masa kini dan masa depan adalah tidak sama. Tiap-tiap waktu merupakan tahapan yang lebih maju sampai pada ujungnya kelak. Manusia tidak dapat kembali ke belakang dan hanya punya pilihan maju ke depan. Waktu yang sudah dilalui tidak dapat diulangi. Namun Waktu yang belum terjadi dapat disongsong. Sebab itu orang-orang yang memahami waktu linear dgn limit mengusahakan kemajuan, perubahan dan pembaharuan. Tiap-tiap tahapan waktu dianggap sebagai kesempatan atau momentum (kairos) yang tidak dapat diulangi lagi. Apa yang sudah berlalu tidak bisa diulangi namun dapat dikenang & harus dipertanggungjawabkan. Namun apa yang akan datang bisa disambut dengan penuh gairah dan semangat.

WAKTU TIDAK BISA DIDAUR ULANG
Alkitab mengatakan usia manusia tujuh puluh sampai delapan puluh tahun (Mazmur 90:10-12). Selanjutnya Alkitab mengatakan “setiap hari kita semakin dekat dengan ujung kehidupan kita, kematian pribadi atau kedatangan Kristus” (Pengkotbah 3:1-2, I Petrus 4:7). Itu artinya waktu kita di dunia ini sebenarnya sangat terbatas sekali. Jika kita memahami dan menghayati waktu itu sumber daya (seperti minyak, air, angin) maka waktu itu adalah sumber daya yang tidak bisa didaur ulang. Sebab itu nilainya atau harganya sangat tinggi. Itu artinya kita baik juga membayangkan Stop Watch kehidupan kita yang sudah disetel oleh Tuhan dan suatu saat akan berhenti.
Berhubung kita tidak bisa menambah umur kita maka dapat dibayangkan harga yang kita bayar dengan menghabiskan setahun kehidupan kita dengan hal-hal yang percuma. Itu artinya kita ditantang untuk menggunakan waktu kehidupan ini hanya untuk hal-hal yang paling penting, membahagiakan dan bernilai bagi kehidupan kita. Apa sajakah hal-hal yang paling penting, membahagiakan dan bernilai itu? Itu artinya kita disadarkan bahwa setiap saat (tahun, bulan, minggu, hari dan jam) kehidupan kita adalah Prime Time (waktu yang sangat mahal), kesempatan, peluang dan momentum yang harus dimanfaatkan atau dinikmati untuk menciptakan hidup yang paling membahagiakan.

KITA PERLU KALENDER
Konsepsi tentang waktu linear dengan limit menantang manusia mengembangkan berbagai hal perhitungan tentang waktu. Salah satu adalah kalender atau penanggalan. Sangat menarik untuk menyadari bahwa nenek moyang kita orang Batak yang memahami waktu seperti roda tidak memiliki kalender atau penanggalan. Orang Batak kuna memang punya nama bulan dan hari dan jam, namun sama sekali tidak punya nama tahun (sebab itu juga tidak perlu sejarah?). Kalender diperlukan karena kita memahami waktu itu maju (meningkat) menuju akhirnya. Jika kita sudah sampai ke tahun 2006 artinya kita harus bergerak lagi menuju 2007 seterusnya. Jika kita sudah berumur 40 maka kita harus bergerak ke umur 50 dan seterusnya. Kalender internasional itu sebenarnya bukan hanya mau menunjukkan pembagian hari, minggu dan bulan tetapi terutama pertambahan tahun.
Pemahaman waktu orang beriman itu semakin menantang karena kita tidak tahu kapan persisnya ujung waktu kehidupan itu secara individual (kematian kita) dan secara universal (kedatangan Kristus kedua kalinya). Alkitab mengatakan tidak seorang yang tahu tentang ujung waktu itu (Mat 24:36). Lantas bagaimana? Itu artinya kita ditantang untuk membayangkan ujung kehidupan itu, dan lantas menarik garis mundur dari sana. Orang yang menganggap waktunya sudah dekat (misalnya para lansia) tentu “malas” untuk berpikir jauh ke depan. Tetapi sebaliknya orang yang menganggap ujung waktunya masih jauh (para remaja) tentu “antusias” untuk merancang masa depan. Menarik untuk didiskusikan: jika ada lansia yang berpikir sangat jauh dan sebaliknya remaja yang berpikir sangat pendek.

KOMPAS DAN JAM
Karena itulah diskusi tentang manajemen waktu bukan sekedar bagaimana agar efisien tetapi terutama agar sampai ke tujuan. Seorang ahli mengatakan bahwa kita tidak hanya membutuhkan jam tetapi juga kompas. Misalnya kita menginginkan sampai ke puncak Gunung persis matahari terbit. Tidak ada gunanya kita memburu waktu jika ternyata kita ada di arah yang salah. Karena itu pemahaman tentang waktu mau mengusik kita dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat sederhana namun sering dielakkan banyak orang: Apakah tujuan hidupku? Apakah sasaran-sasaranku dua puluh tahun ke depan? Apa sasaranku tiga tahun ke depan? Apa sasaranku sampai akhir tahun 2006 ini? Apakah aku sekarang sedang di jalan yang mengarah kepada tujuan dan sasaran hidupku itu?
Dari tujuan dan sasaran di masa depan itulah kita melihat keberadaan kita di masa sekarang. Dengan kata lain: tujuan dan sasaran (konkret) di masa depan itulah yang menarik kita bergerak ke sana. Tanpa tujuan dan sasaran itu mungkin kita hanya berputar-putar saja, jalan di tempat, sibuk dan pusing sendiri tanpa tujuan.

WAKTU: KESADARAN dan SIKAP PRIBADI TERHADAP KEHIDUPAN
Waktu tidak bisa dilihat dan diraba, namun hanya bisa dibayangkan dan dirasakan. Sebab itu diskusi tentang waktu bukan hanya untuk menambah pengetahuan kognitif, tetapi terutama membangun kesadaran dan sikap pribadi tentang makna kehidupan. Apakah dan bagaimanakah aku membuat hidupku sungguh-sungguh bermakna?

Renungan dan Diskusi:
a. Apakah dan bagaimanakah penghayatan dan pemahaman pribadi (yang sungguh-sungguh dilakukan dalam diri) Anda tentang waktu? Apakah hal itu sesuai dengan konsepsi Alkitab tentang waktu?
b. Apakah tujuan dan sasaran hidup pribadi Anda? Apakah Anda menuliskankannya? Apakah Anda selalu memeriksanya (sebab jika tidak dituliskan hal itu tak lebih sebuah khayalan)
c. Apa dan bagaimanakah cara yang paling efektif untuk mengajar dan mendidik anak-anak tentang WAKTU?
(Pdt Daniel T.A. Harahap)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

awal yang baik