10 Desember 2008

Perayaan Natal

Waktu: Perayaan Natal berlangsung antara malam 24 Desember dan berakhir pada malam 6 Januari.
24 Desember malam: perayaan Natal;
25 Desember kebaktian Natal;
1 Januari sunat dan pemberian nama Yesus;
6 Januari hari Tiga Raja (kunjungan Orang Majus)
Warna: Putih

Kata “natal” dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dahulu juga dipakai istilah Melayu-Arab, maulid. Dalam bahasa Inggeris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggeris purba Cristes Maesse (1038)atau Cristes-messe (1131), yang berarti Misa Kristus. Christmas biasa pula ditulis Xmas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena huruf X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Christus.

Perayaan Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuktanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pulapada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5. Ada berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember. Dewasa ini umum diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah penerimaan ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap (dewa) matahari: Solar Invicti (=Surya tak Terkalahkan), dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Surya Agung itu sesuai berita Alkitab (lihat Mal. 4:2; Luk 1:78; dan juga Kid 6:10). Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari. Perayaan-perayaan malam Natal dewasa ini oleh berbagai persekutuan Kristen di dalam dan di luar gereja menjadikan bulan Desember bulan perayaan Natal, sehingga perayaan minggu-minggu Advent kehillangan tempat dan maknanya.

Banyak tradisi perayaan Natal yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur berbagai kebudayaan. Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin berhubungann dengan tradisi Mesir, Cina atau Ibrani kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kej 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” dewasa ini berkembang dari Jerman pada abad ke 18.

Terdapat pula tradisi mengiri Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Callcott Horsley di Inggeris. Biasanya dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang memakai teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik.

Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, berhubungan dengan St. Claus (Santa Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah anak-anak pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub (termasuk Rudolf yang berhudung merah) membagi-bagi hadiah. Dalam dunia moderen, perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus. Dalam tradisi Sinterklass Belanda – tokoh yang digambarkan oleh suatu iklan minuman Amerika sejak tahun 1931 sebagai seorang tua gendut, bercambangbauk putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut ini – menjadi bagian dari acara keluarga (untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa pergi.

Aspek lain perayaan Natal adalah lagu Natal. Kisah Kitab Suci tentang kelahiran Yesus memang menyebutkan adanya pujiaan malaekat sorga (Luk 2: 143-14). Di dalam gereja sejak abad pertengahan berkembang lagu-lagu Natal. Tetapi dewasa ini banyak lagu Natal tidak lagi terkait dengan berita Alkitab. Salah satu lagu Natal paling populer adalah Malam Kudus oleh Franz Joseph Gruber, syairnya digubah dalam bahasa Jerman oleh Pastor Joseph Mohr. Lagu ini pertama kali dinyanyikan pada malam Natal, 24 Desember 1818 di gereja Santo Nikolas di Oberndorf, Austria. Lagu ini sudah diterjemahkan ke dalam ribuan bahasa termasuk beberapa versi bahasa Indonesia, dan beberapa bahasa daerah. Rupanya belum ada terjemahannya dalam bahasa Bugis, maka warga Kristen dari etnis Bugis perlu mengupayakan secepatnya. Berikut beberapa terjemahan:

(Bahasa Makassar)

Bangngi lebang, sino sino
Linoa tinromi
Rua mami tena natinro
Mangge amma' sannang nyawana
Ana' tinro sannang
Ana' tinro sannang.


(Bahasa Toraja)

Makarorrong, bongi maindan
Parrangmo, bintoen
Jurus’lama’na to lino,
Dadi lan kapadangan-Na
Kristus anak Daud
Kristus anak Daud


(Bahasa Indonesia)

Malam kudus sunyi senyap siapa yang b'lum lelap
ayah bunda yang tinggallah t'rus, jaga Anak yang Maha Kudus
Anak dalam malaf, Anak di dalam malaf.

Hai, lihatlah! di Efrata t'rang besar turunlah
waktu tentra surgawi megah puji Allah sebab nikmatnya
ingat dunia yang g'lap, ingatlah dunia yang g'lap.

Karna salam amat besar patutlah bergema
bagi dunia yang t'lah tercerai dari Allah di b'ri Almasih
jadi pohon khalas, jadi k'lak pohon khalas.


(Bahasa Inggeris)

Silent night, Holy night
All is calm, all is bright
Round yon virgin Mother and Child
Holy infant so tender and mild
Sleep in heavenly peace
Sleep in heavenly peace

Silent night, holy night
Shepherds quake at the sight
Glories stream from Heaven afar
Heavenly hosts sing Hallelujah
Christ the Saviour is born
Christ the Saviour is born

Silent night, holy night
Son of God, love's pure light
Radiant beams from Thy holy face
With the dawn of redeeming grace
Jesus, Lord at Thy birth
Jesus, Lord at Thy birth

(Disarikan dari berbagai sumber oleh Zakaria Ngelow)

Tidak ada komentar: