01 Juni 2008

GEREJA YANG MISIONER

Oleh: Pdt. Lotnatigor Sihombing

http://www.gky.or.id/buletin13/sihombing.htm

PendahuluanPengertian Gereja pada masa kini telah berkembang sedemikian rupa sesuai dengan dinamika Zaman. Apabila seseorang berbicara tentang gereja pada umumnya akan berasumsi kepada "organisasi", "aliran theologia", "gedung", "gereja yang established", "gereja yang misioner" dan sejumlah terminus lainnya. Hal ini tentuya merupakan realitas yang tak dapat dipungkiri. Apalagi di Indonesia tercatat di Direktorat Jenderal Bimas Kristen Departemen RI sekitar 265 organisasi Gereja dan Badan Gerejawi. Belum termasuk Sekolah-Sekolah Theologia sebagal Badan Pendukung perkembangan gereja.
Adalah hal yang amat mendasar dan mendesak untuk mempelajari kemball konsep gereja, sebagaimana diajarkan di dalan Alkitab, yang tentunya mempunyai muatan dinamika sejarah.' Konsepsi dan persepsi yang benar tentang gereja harus mendasari seluruh aktivitasnya. Meskipun gereja ada di dalam dunia, namun azas gereja bukan dari dunia. Sehingga dengan demlkian dapat menempatkan diri secara proporsional.
Jika kita membahas topik tentang Gereja Yang Missioner, sebenarnya hakekat gereja adalah missioner, karena gereja mengemban missi Allah atau Missio Dei. Namun sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa sesuai dengan dinamika zaman, maka gereja pun acap kall larut dalam dinamika historis dan kurang berorientasi kepada yang trans historis. Terjebak kepada yang lokal-temporer dan bukan yang kekal-kontemporer, yang eksklusif dan bukan yang inklusif.
Untuk mendasari dan memahami gereja adalah bersifat misioner, kita dapat mempelajari mulai dari Perjanjian Lama.
1. Gereja Di dalam Perjanjian Lama Mungkin akan muncul pertanyaan, apakah di dalam Perjanjian Lama sudah ada gereja? Jlka asumsi kita tentang gereja sebagaimana yang berkembang pada masa kini, barangkali kita akan berkata bahwa di dalam Perjanjian Lama belum ada gereja, sebagaimana pandangan para pemikir modern. Namun di dalarn Perjanjian Lama ada dua istilah, yang menggambarkan tentang umat Tuhan, yaitu Qahal dan Edhah '. Istilah-istilah ini dipakal dalam pelbagal bentuk, narnun pada intinya menggambarkan jemaat yang beribadat, perkumpulan sidang.
1 Lebih lanjut dapat memperhatikan Lotnatigor Sihombing, Kultus dan Kultur (Batu: STI' "1-3", 1996) hh. 6 dst. Louis Berkof, Systematic Theology (Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans Publishing Company, 1977) pp. 555 di bawah pokok Scriptural Names for the Church, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Lembaga Reformed Injili.
2 Perhatikan R. Laird Harris (ed.) Theological Wordbook of the Old Testament, VoL II ( Chicago. Moody Press, 1980) pp. 789-790
Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta, menerjemahkan qahal ini dengan ekklesia Qahal ini juga digambarkan dengan kemampuan berperang sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Ester 8 : 11, 9:2, 15, 16, 18 dan yang tak asing di dalam kitab Hakim-Hakim. Masih banyak refleksi lainnya dalam ragam penggunaan istilah ini, termasuk dalam pengertian beribadat. Hal ini menunjukkan variabilitas keadaan jemaatNya. Mereka adalah umat Allah, dikuduskan, diurapi dan harus mendengarkan hukum Allah.
Sedangkan istllah Edhah, rnempunyai pengertian perkumpulan yang sudah ditetapkan. Apabila hal ini dikenakan kepada umat Israel, maka hal ini menunjuk kepada para pemimpin agama, baik yang sedang berkumpul maupun tidak. Karena itu pada umumnya dua kata dipakal bersama-sama dengan qahal, sehingga menjadi qahal-edhah yaitu jemaat sedang berkumpul.
Karena itu dapat disimpulkan bahwa umat Allah, qahal-edhah yang mendasari pengertian gereja sebagai umat Tuhan mempunyai karakter:
I. Mendengarkan hukum Tuhan (Ulangan 4.10, 9:10, 18:16)
2. Mempersembahkan domba Paskah (Keluaran 12)
3. Menerima perjanjian Allah di Sinai (Keluaran 33-35)
4. Menerima penebusan Allah (Imamat 4 dan 16)
5. Menerima sebutan bangsa yang kudus(Keluaran 29 : 6, Hosea 2 : 23, Mazmur 22 : 22 )4
Allah memilih umatNya atas inisiatif dan atas otoritasNya sendiri. Hal ini merupakan manifestasi anugerah Allah, namun juga sekaligus merupakan manifestasi kedaulatanNya dalam memilih. Tuhan memllih Israel dan Dia setia dengan pilihanNya itu. Israel dibawa kepada persekutuan dengan Allah sendiri. Mereka menjadi umat (Arab: ummah, Ibrani 'amm), yang dikenal di semua bahasa-bahasa Semit, yang artinya tak lain dari keluarga kaum kerabat, sanak saudara. Mereka menjadi 'amm YHWH.5
Selanjutnya dalam sejarah bangsa Israel terutama setelah bangsa ini mengalami diaspora berkembanglah sistem baru yang dikenal dengan synagoge. Dari sini sebenamya bangsa Israel mulai dikenal dan ada kontak dengan bangsa-bangsa di luar Palestina. Dari satu sisi sebenarnya umat Tuhan dibawa kepada konteks universal, untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Sehingga synagoge, bersifat misioner dalam pengertian ibadat Israel dikenal oleh bangsa-bangsa di luar Palestina. Tentunya hal ini tidak lepas dari Missio Dei
3. Lotnatigor Sihombing, Diktat Eklesiologi [Doktrin Tentang Gereja] (Jakarta: STI' Amanat 1999) h. 3 dst.
4. Perhatikan Everett Harrison, Baker's Dictionary of Theology (Grand Rapids, Mlcffigan: Baker Book House, 1981 ) p. 123
5. Untuk mempelajarinya lebih lanjut dapat membaca Harun, lman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1973) h. 296 dst. Christofer Barth, Thelogia Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 982 ) h. 49.
6. H.H. Rowley, Ibadat Israel Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981) 184 dst
Pengertian dasar gereja di dalam Perjanjian Lama, sebenamya juga dapat dilihat dari sikap Tuhan Yesus terhadap Israel. Sebagai orang Yahudi Tuhan Yesus menghadiri ibadat synagoge dan menerima otoritas Perjanjian Lama.
Hakekat Gereja telah ditanamkan, bahwa persekutuan dengan Allah adalah merupakan persekutuan yang sedemikian rupa eratnya bagaikan relasi antara pokok anggur dengan carang-carangnya. Bahwa persekutuan umat Allah dengan Allah YHWH adalah merupakan karya Allah untuk memulihkan kembali persekutuanNya dengan manusia, sesudah manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gereja sebagal wujud nyata perjanjian Anugerah Allah.
2. Gereja di dalam Perjanjian Baru
Nama gereja berasal dari bahasa Latin igreia, dalam bahasa Inggris church dalain bahasa Jerman kirche, dalarn bahasa Swedia kyrke, bahasa Slavia cerkov, bahasa Scot kirk; bahasa Belanda kerk, yang mempunyai arti milik Allah .
Di dalam Perjanjian Baru kata yang dipakai untuk menyatakan pengertian jemaat Tuhan adalah ekklesia sebagaimana dipakai di dalam Matius 16 : 18 dan 18 : 17. Di dalam LXX (Septuaginta ) kata ini dipakai untuk menerjemahkan pengertian Jemaat. Dalam kebiasaan Yunani Klasik (non Kristen ) kata ini dipakai untuk "sidang parlemen" atau sidang rakyat, yang biasa diadakan di Athena pada hari-hari besar dengan dihadiri oleh para wakil rakyat dan penduduk segenap negeri.Anggota ekklesia adalah orang-orang yang dipanggil, yang dipilih. Dengan menggunakan istilah ekklesia untuk gereja, menunjukkan bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil yang dipilih.
Memang kedatangan Kristus tidak membawa istilah-istilah asing dari surga, melainkan datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa, sehingga dengan demikian istilah-istilah yang pemah ada dan yang sudah ada di dalam bahasa setempat Ia pakai juga, tetapi dengan isi dan pengertian yang baru. Istilah-istilah di dalam Perjanjian Lama juga tidak Dia ganti melainkan justru Dia beri makna baru.
Di dalam buku The Structure Doctrine of the Church, Douglas Barmennan memberikan komentar terhadap pengakuan Petrus di dalam Matius 16 : 16, yang ditanggapi oleh Tuhan Yesus di dalam ayat 17, dengan istilah apekalupsen soi, bahwa pengakuan Petrus tersebut bukan berasal dari manusia. Bahwa hati Petrus terbuka menerima kebenaran penyataan Allah. "Di atas pengakuan itulah gereja atau jemaat Tuhan didirikan di atas dunia ini. Dengan demikian dasar berdirinya gereja bukan bersumber dari dunia ini melainkan dari pernyataan Allah, yang mengatakan "oikodomeso mou ten ekklesian " yang berarti:
7 Perhatikan David Watson I Believe In The Churh, ( Grand Rapids, Michigan: Williams B. Eerdmans Publishing Company, 1979 ) p. 65
8 Perhatikan Douglas Bannerrnan, The Structure Doctrine of the Church, ( Michigan: Baker Book House, 1976 ) p. 169
"Aku hendak mendirikan jemaat-Ku untukKu sendiri".
Lukas pertama kali menggunakan istilah itu untuk jemaat yang mula-mula di dalam Kisah Rasul 5 : 11 untuk menyatakan kumpulan orang Kristen. Kata itu juga mempunyai arti jemaat atau assembly.
Dengan demikian identitas orang Kristen dalam Gereja yang mula-mula semakin jelas, bahw mereka tidak lagi sebagai pendukung "tata ibadat" synagoge dalam pengertian agama Yahudi melainkan sebagai orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus. Memang harus disadari bahwa pengertian ekklesia di dalam Matius 16, sering kali menjadi bahan perdebatan theologis namun dalam tulisan ini tidak akan dibahas.
Perlu juga ditambahkan untuk mendukung konsep gereja yang misioner, yang melaksanakan Missio Dei, bahwa pemakaian istilah ekklesia mempunyai empat maksud:
1. Untuk menunjukkan pengertian gereja secara universal, sebagai persekutuan orang percaya (Efesus 1 : 22, 3 : 10, 21 ; I Korintus 10 : 32, 12 : 28; Filipi 3 : 6; Kolose 1 : 58 Sekaligus menunjukkan sifat misioner gereja yang inklusif.
2. Untuk menunjukkan pengertian gereja secara lokal seperti misalnya gereja di Kenkrea, Korintus, Laodekia dan sebagainya. Dengan demikian konteks lokal juga mendapat tempat semestinya.
3. Dalam pengertian jemaat yang aktual di beberapa tempat dalam persekutuan ibadat bersama (I Korintus 11 : 18, 14 : 19, 23) "sunerkomenon humon en ekklesia".
4. Dipakai untuk menunjukkan tempat ibadat atau rumah yang biasanya dipakai untuk berkumpul bersama oleh kelompok kecil, sebagai ekklesia domestis (jemaat rumah Misalnya Roma 16 : 5, ten kat'oikon ekklesian 9
Masih ada aspek-aspek gerejawi penting lainnya, yang dapat diuraikan secara panjang lebar; namun rasanya cukup untuk sekedar menstimulir kita bahwa gereja pada hakekatnya bersifat evangelistis-missioner, sebab gereja mempunyai kewajiban dan sekaligus hak memberitakan Injil Yesus Kristus kepada semua bangsa.
Kesimpulan
Memahami konsep tentang gereja misioner kita harus kemball kepada konsep Missio Dei, Misi Allah la berinisiatif untuk memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah yang rusak karena dosa. Ia telah menggenapi seluruh tuntutannya untuk memulai kembali relasi yang rusak tersebut di dalam pelayanan, penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Kepercayaan untuk menyampaikan berita kepada bangsa-bangsa itu telah diberikan kepada Gereja. Karena itu gereja harus bersifat misioner.
Jakarta Hari Pentakosta 2001
David Watson, I Believe in the Church, p.66

Tidak ada komentar: