09 Juni 2008

PERANAN PADUAN SUARA DALAM KEBAKTIAN


http://yohanesbm.com/index.php?option=com_content&task=view&id=87&Itemid=33
PDF Print E-mail
Written by Yohanes B. M.
Wednesday, 12 December 2007

A. Dasar Untuk Memuji Tuhan

Setiap orang percaya pada hakikatnya dipanggil untuk memuji Tuhan melalui nyanyian atau madah iman. Dalam hal ini tindakan iman atau sikap percaya diekspresikan melalui nyanyian pujian untuk memuliakan atau memasyurkan nama Tuhan. Di dalam Alkitab, kita dapat menjumpai beberapa istilah untuk menunjuk tindakan memuji Tuhan seperti: halal/hallelu (Ibr.) yang artinya: puji Tuhan; yadah (Ibr.) yang artinya: bersyukur, menyanjung, menyembah; tehillah (Ibr.) yang artinya: memuliakan, memuji, nyanyian pujian; epainos (Yun.) yang artinya: pujian, penghargaan; aineo (Yun.) yang artinya: berkata-kata dalam bentuk pujian; humneo (Yun.) yang artinya: menyanyi, menyanjung dan memuji dengan sikap khidmat. Karena itu dasar untuk memuji Tuhan adalah:
1. Allah membentuk dan menciptakan umat manusia agar mereka dengan rasa syukur memberitakan kemasyhuran namaNya. Di Yes. 43:21, Allah berfirman: “umat yang telah Kubentuk bagiKu akan memberitakan kemasyhuranKu”. Tindakan memuliakan nama Allah perlu dinyatakan dalam perbuatan dan tindakan yang nyata. Namun tindakan yang nyata itu tidak berarti mengabaikan tindakan ibadah dari umatNya, yaitu berupa nyanyian pujian kepadaNya.

2. Segala mahluk dan kuasa-kuasa alam dipanggil untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan. Itu sebabnya di Mzm. 150:1-6, secara rinci penulis kitab Mazmur mengajak umat untuk memuji nama Tuhan dalam cakrawalaNya, memuji Tuhan karena segala keperkasaanNya, dan memuji Tuhan karena keagunganNya. Di Mzm. 150:3-5 pemazmur mengajak umat Tuhan untuk memuliakan namaNya dengan segala jenis alat-alat musik seperti: sangkakala (terompet), gambus, kecapi, rebana, tari-tarian, seruling, dan ceracap. Kemudian pada akhir ucapannya pemazmur mengajak: “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya!” (Mzm. 150:6).

3. Kita layak memuji Tuhan karena karya keselamatanNya. Di I Taw. 16:23 dinyatakan: “Bernyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi, kabarkanlah keselamatan yang dari padaNya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaanNya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib di antara segala suku bangsa”. Sebagai umat percaya, kita tidak dapat bersikap pasif dan bungkam terhadap karya keselamatan yang telah dilakukan oleh Allah. Karya keselamatan Allah wajib kita agungkan dengan menyaksikan dan mengabarkannya kepada segenap umat manusia. Dengan demikian nyanyian pujian tentang karya keselamatan Allah bukan sekedar untuk menggembirkan dan memuaskan kebutuhan rohani diri kita sendiri, tetapi kita memuji Tuhan sebagai kesaksian iman kita kepada dunia dan sesama kita.


B. Tujuan Nyanyian Yang Dinyanyikan oleh Paduan Suara
Dalam melaksanakan kebaktian, peran Paduan Suara dalam perjalanan sejarah gereja tidak pernah lapuk. Paduan Suara tetap dipandang sebagai kelompok pujian yang sangat penting dan integral dalam suatu ibadah. Tetapi di manakah letak dan peran Paduan Suara dalam arti yang sesungguhnya? Dalam berbagai kasus, sering Paduan Suara dipahami secara salah, misalnya:
- Paduan Suara sekedar sebagai pelengkap/suplemen dalam kebaktian.
- Paduan Suara sekedar untuk memeriahkan suasana kebaktian.
- Paduan Suara berfungsi untuk mengangkat suatu pujian jemaat.
- Paduan Suara berfungsi untuk memberi hiburan (entertainment).
- Paduan Suara sebagai suatu kelompok minat untuk menyalurkan hobi dan kemampuan vokal.

Padahal Paduan Suara yang hadir dan menyanyian berbagai pujian dalam suatu kebaktian, pada hakikatnya untuk memuliakan nama Tuhan, yang mana mereka ekspresikan melalui persembahan pujian yang mencerminkan kasih, iman dan pengharapan jemaat Tuhan yang sedang berziarah dalam kehidupan ini. Untuk itu puji-pujian yang dinyanyikan oleh Paduan Suara di dalam suatu kebaktian bertujuan:
a. Puji-pujian yang dinyanyikan itu untuk membina hubungan yang personal dengan Tuhan: sebagai bagian dari jemaat, kelompok Paduan Suara bukanlah kelompok elit dan eksklusif. Sehingga melalui puji-pujian yang mereka nyanyikan itu mereka sedang mengkomunikasikan imannya secara pribadi dengan Allah.
b. Puji-pujian yang dinyanyikan itu untuk membina hubungan yang personal dengan anggota jemaat pada umumnya. Dalam hal ini Paduan Suara merupakan bagian yang integral dengan jemaat. Mereka memuji Tuhan untuk menguatkan persekutuan dengan jemaat. Melalui puji-pujian yang mereka nyanyikan, mereka sedang merajut bersama persekutuan sebagai tubuh Kristus.
c. Melalui puji-pujian yang dinyanyikan, Paduan Suara sedang memerankan tugas gereja Tuhan yang menyampaikan firman Tuhan dan pengajaran gereja. Apabila seorang Pendeta memberitakan firman Tuhan secara verbal, maka melalui nyanyian puji-pujian dari Paduan Suara, gereja sedang menyampaikan firman Tuhan melalui nyanyian agar jemaat terpanggil untuk melaksanakan firman Tuhan dengan setia.


C. Nyanyian Paduan Suara Perlu Selektif
Sebagaimana dipahami bahwa nyanyian pujian yang dinyanyikan oleh Paduan Suara yang salah satu tujuannya adalah menyampaikan pengajaran gereja, maka puji-pujian yang akan dinyanyikan oleh Paduan Suara perlu dipilih secara selektif. Paduan Suara yang hadir dan memuji Tuhan di tengah suatu ibadah, pada prinsipnya berfungsi untuk:
1. Mengekspresikan iman jemaat kepada Tuhan. Puji-pujian yang dinyanyikan bukanlah sekedar suatu untuk menampilkan nyanyian yang bagus, indah, dan menarik. Tetapi apakah dalam nyanyian itu mencerminkan sikap iman kepada Kristus.
2. Puji-pujian yang dinyanyikan dihayati oleh iman Kristen sebagai suatu doa. Artinya melalui puji-pujian itu Paduan Suara mengajak jemaat untuk meresapinya sebagai suatu doa, sehingga jemaat merasakan perjumpaan dengan Allah secara pribadi dalam kehidupan mereka.
3. Puji-pujian yang dinyanyikan adalah untuk menyatakan kesaksian iman kepada dunia. Selaku gereja Tuhan, kita dipanggil untuk bersaksi kepada dunia ini bahwa Allah di dalam Kristus adalah Allah yang mengasihi dan menyelamatkan seluruh umat manusia. Sehingga melalui puji-pujian yang dinyanyikan itu kita memanggil seluruh umat manusia untuk datang kepada Kristus dan menyambut kasihNya.


D. Cara Menyanyikan Dalam Kebaktian
Puji-pujian yang dinyanyikan oleh Paduan Suara dalam kebaktian sama sekali tidak bermaksud menggantikan tugas dan ekspresi jemaat untuk memuji Tuhan. Karena itu Paduan Suara dalam menyanyikan puji-pujian perlu berusaha untuk senantiasa mengikutsertakan jemaat secara sadar, bersengaja dan komunikatif. Untuk itu ada beberapa saran dalam menyanyikan puji-pujian, yaitu:
a. Antifonal: nyanyian berbalasan di antara kelompok Paduan Suara, misal dari kiri ke kanan, atau antara pria dan wanita.
b. Responsori: nyanyian berbalasan antara pemimpin liturgi/pengkhotbah dengan umat (termasuk pula Paduan Suara).
c. Alternatim: nyanyian berbalasan antara dua atau beberapa kelompok Paduan Suara (misal antara Paduan Suara Nafiri dengan Paduan Suara Maranatha).
d. Solis: pujian yang dinyanyikan oleh pemimpin liturgi, atau oleh sekelompok penyanyi.

E. Cara Untuk Mempersiapkan Nyanyian Pujian
Walau Paduan Suara merupakan bagian yang integral dengan jemaat, tidak berarti Paduan Suara boleh mengabaikan persiapan dan latihan yang sungguh-sungguh. Bahkan Paduan Suara mempunyai tugas yang lebih serius dari pada sekedar latihan vokal, sebab Paduan Suara juga mempunyai tugas untuk ambil bagian memimpin suatu kebaktian. Untuk melaksanakan tugas tersebut Paduan Suara perlu:
1. Mempelajari nyanyian yang akan dinyanyikan sehingga dapat dinyanyikan secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan oleh pengarangnya.
2. Perlu bersikap kritis dengan menganalisa lagu dan syair, sehingga para anggota Paduan Suara dapat mengerti makna atau interpretasi “teologis” dari lagu yang sedang mereka nyanyikan.
3. Mampu mempraktekkan hasil interpretasi terhadap lagu tersebut, sehingga mereka dengan sikap mantap dan penuh iman menyajikan pujian tersebut dalam kelompok Paduan Suaranya.

F. Cara Untuk Menganalisa Lagu Pujian
Pemimpin Paduan Suara yang baik, tidak akan sekedar melatih kelompok Paduan Suaranya hanya agar mereka dapat menyanyi dengan teknik yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara musikal saja. Tetapi pemimpin Paduan Suara gerejawi bertanggungjawab terhadap:
a. Isi syair dari lagu yang akan dinyanyikan, yaitu apakah lagu tersebut telah sesuai dengan pengajaran firman Tuhan, ajaran gereja, tidak bertentangan dengan ekklesiologi dari jemaatnya dan mampu untuk mengungkapkan iman dari umat/jemaat.
b. Pemimpin Paduan Suara dan para anggotanya sungguh-sungguh yakin bahwa pujian tersebut dapat dipercaya, sehingga mereka meyakini pesan atau pengajaran yang dinyatakan oleh pujian tersebut.
c. Mampu menyajikan puji-pujian itu sebagai suatu kesaksikan iman, dan dapat menjadi bagian yang mendukung pengajaran firman Tuhan yang disampaikan. Sehingga jemaat yang mendengar puji-pujian itu merasa dikuatkan dan dimotivasi untuk memberitakan firman Tuhan. Karena itu dalam menyanyikan pujian sebaiknya Paduan Suara memperhatikan:
1. tema dan perikop khotbah
2. jenis kebaktian yang sedang diselenggarakan: kebaktian Minggu, kebaktian penahbisan/peneguhan Pendeta, kebaktian pelembagaan jemaat, kebaktian remaja, kebaktian pemuda, dan sebagainya.

d. Waktu yang tersedia: Paduan Suara perlu bijaksana dan tidak perlu memaksakan diri untuk menyanyikan sekian banyak lagu ketika menyadari bahwa kebaktian tersebut telah padat, misalnya dalam kebaktian itu sedang dilayani sakramen Baptis dan sakramen Perjamuan Kudus.

Tidak ada komentar: